Dear 2022,
Sudah separuh tahun berjalan, ada banyak hal yang belum kucapai. Kadang terselip rasa, apakah yang kurang dari usahaku? Aku sadar aku tidak terlalu gigih berusaha, tapi setidaknya target minimal bisa dong tercapai. Tapi ternyata juga belum.
Dear 2022,
Mungkin ini cara Allah mengajarkanku arti sabar berusaha dan jangan pernah terpaku pada hasil. Karena walaupun hasil kerjaku belum sesuai dengan apa yang aku targetkan, tapi aku merasakan progresnya setiap hari.
Aku dikelilingi support system yang baik. Aku punya teman-teman yang luar biasa yang mau membantu bila kuminta. Tapi aku tidak mau jadi teman yang seperti itu. Aku harus yakin dengan kemampuanku sendiri, nggak boleh manja. Hari ini mungkin aku masih jauh dari mereka. Tapi aku yakinkan diriku, suatu saat aku bisa berkolaborasi sejajar dengan mereka, bukan lagi sekedar teman yang perlu dibimbing. Aamiin.
Dear 2022,
Ada banyak pelajaran soal hubungan pertemanan yang kupelajari di tahun ini. Ternyata selektif memilih teman itu harus, bukan karena kita sombong, tapi ternyata dengan siapa kita berteman akan menentukan cara kita menilai diri sendiri dan pendapat orang tentang kita. Berteman dengan orang yang salah kadang membuat kita insecure, merasa diri bodoh, tidak berharga, dsb. Selain itu, orang akan menganggap kita sama dengan teman 'toxic' tersebut, padahal belum tentu kan? Memang pendapat orang nggak selalu harus didengar, tetapi tentu kita ingin punya citra yang baik kan? Karena itu, saat ini aku sadar harus memilih pertemanan yang baik untuk kehidupanku kedepannya.
Teman toxic jelas harus dihindari, tapi tenyata nggak semua orang yang baik harus kita dekati. Berteman sewajarnya saja, kadang ada komunitas yang memang kita anggap baik, bisa membantu kita menjadi lebih baik, tapi ternyata nggak sefrekuensi dengan kita. Ya nggak perlu maksa masuk kesitu juga.
Satu hal penting yang kupelajari di tahun 2022 ini, percayalah pada dirimu, fokuslah pada dirimu. Setiap orang punya masalah dan nggak harus selalu harus kita bantu, fokuslah pada masalahmu sendiri. Kalau pun nanti harus berjalan sendiri, ya nggak masalah. Teman boleh datang dan pergi, yang penting jaga komunikasi, jarang interaksi kadang lebih baik karena akan meminimalkan saling menyakiti hati.
16 Juni 2022
Teman toxic, hemm itu yang sulit disadari bahkan saat dia melakukan playing victim saat kita curhat dan lainnya. Pasti baru disadari saat dia ga ada dan kita sama orang lain yang masih satu lingkungan. Mirip musuh dalam selimut apalagi kalau ada bibit iri. Terima kasih sharingnya!
BalasHapusYups. Setelah lepas baru sadar, bego amat dl percaya sm curhatannya, ternyata...
Hapus