Kenapa nggak izin aja sih buat nggak ikut orientasi?
Iya, memang bisa aja kalau mau mengajukan izin, asal ada keterangan dokter. Tapi masalahnya, keterangan dokter dikeluarkan kalau ada indikasi medis kan? Lah sekarang kalau lahirannya normal, pulang sehat, udah bisa langsung beraktivitas, indikasi medis apa yang harus dituliskan dokter supaya bisa izin nggak ikut orientasi? Dan sebagai karyawan baru (ehem), aku juga pengen menunjukkan dedikasiku kepada lembaga yang sudah kuimpikan untuk kumasuki dari 2009 ini. Terus pas orientasi ini juga bakal ketemu teman CPNS LIPI satu angkatan, pasti asyik dong yes.
Alhamdulillah Allah memudahkan semuanya. Fafa lahir tanggal 25 Januari 2018 jam 8 malam. Mundur 2 hari dari HPL tercepat. Alhamdulillah ada waktu 10 hari buat kejar tayang ASIP.
Fafa baru lahir |
Sepanjang malam setelah lahiran, Fafa kutaruh di kasur bersebelahan denganku. Box bayinya nganggur. Pokoknya setiap ada kesempatan, aku langsung menyusui Fafa. Besoknya pas dicek perawat, ASIku belum juga keluar dari puting. Panik? Alhamdulillah nggak. Soalnya aku pernah baca kalau bayi bisa bertahan tanpa disusui sampai 3 hari, ini 12 jam aja belum ada. Lagian Fafa nggak rewel dan bergerak aktif, keep positive thinking aja..dah khatam soal beginian waktu menyusui Ais, hihi.. Akhirnya pas kunjungan perawat siang harinya, ASI Fafa sudah keluar. Alhamdulillah.
Sesampai di rumah, perjuangan menyusui terus berlanjut. Kali ini berjibaku melawan jaundice/kuning. Wajar sih kalau Fafa dikhawatirkan jaundice, sebab ASIku baru benar-benar lancar setelah pulang dari puskesmas. Tapi aku dibuat tenang oleh perkataan Mbak Tinah. Katanya, biasa itu kalau dikhawatirkan kuning gitu. Pokoknya tiap pagi rutin dijemur aja. Terus, kata perawatnya, harus lebih sering lagi disusui lagi. Untuk saran itu, okelah, aku fokus menyusui dan terus menyusui. Pompa ASI buat stok orientasi nanti belum aku pikirkan. Pokoknya fokus biar Fafa nggak jaundice dulu. Kemampuan menghisap Fafa lumayan bagus, jadi Alhamdulillah ASI semakin lancar. Perasaan kesemutan pada payudara yang menandakan ASI sedang diproduksi semakin sering terasa. Akhirnya pada 28 Januari aku mulai bisa stok ASI walau baru dapat 80 ml dari 4 kali pumping. Warnanya masih kuning lo, Alhamdulillah bisa perah kolustrum yaa..
Selanjutnya aku mulai terus pumping. Targetnya harus siap minimal 20x100 ml ASIP buat Fafa. Setiap Fafa tidur aku usahakan pumping. Rada ngos-ngosan juga, tapi aku nikmati proses ini. Apalagi Allah sudah memudahkan dengan Fafa yang nggak pernah rewel dan saudara pada bantu menyiapkan makanan bergizi buat busui ini (udah nggak sempat masak, beli lauk juga gak banyak pilihan), untung ada bude dan tante yang datang ke rumah lalu memasakkan banyak makanan lezat bergizi buatku. Itu sangat membantu menjaga mood dan kondisi tubuhku.
Sembari mempersiapkan ASIP buat nanti kalau ditinggal orientasi, aku juga harus mempersiapkan untuk orientasi nanti. Selain mempersiapkan persyaratan wajib seperti pakaian yang harus digunakan, aku juga harus mempersiapkan perlengkapan memerah dan penyimpanan ASIP selama orientasi nanti. Tak lupa aku mengkomunikasikan perihal ini kepada panitia orientasi. Alhamdulillah, lagi-lagi Allah memudahkan. Lokasi penginapan tidak berubah dan nantinya aku bisa pinjam kulkas di dapur penginapan selama orientasi.
Satu lagi perlengkapan tempur ASIP yang belum aku punya, yaitu cooler bag. Cari info soal cooler bag yang recomended, pada nyaranin pakai merek Gabag. Kok ya kebeneran ada temen yang mau ngelego cooler bag Gabag-nya. Langsung dengan sukacita kuterima tawarannya. Mayan menghemat budget sekaligus ngelarisi dagangan teman. Urusan perah dan simpan ASI udah beres, terus sekarang bingung masalah sterilisasi pompanya nanti. Berharapnya sih ada water heater di penginapan nanti. Tapi, aku ada kemungkinan pumping di bandara sekali, jadi harus sedia air steril buat bersihkan pompa ASInya. Sementara rencananya pake pemanas susunya Fafa dulu. Yang bisa disetel suhu 100 C.
Menjelang keberangkatanku ke Jakarta, Alhamdulillah aku berhasil menyetok ASIP sebanyak 30x100 ml. Alhamdulillah, In sya Allah cukup. Aamiin.
To be continued
Luar biasaaaa!
BalasHapus