Perjuangan Menyusui dan Persiapan Orientasi
Jadi, tanggal 4 Februari pukul 22.55 malam aku naik pesawat ke Jakarta. Itu pesawat paling malam yang bisa kuambil. Kenapa harus tengah malam begitu? Soalnya acara orientasi jam 07.30 pagi di Bogor, sedangkan pesawat ke Jakarta paling pagi jam 6. Nggak mungkin bisa sampai bogor tepat waktu. Jadi paling aman ambil pesawat malam saja. Sengaja ambil pesawat yang paling malam biar sempet nemenin belajar Ais dan kelonin Fafa.
Sesampai di Jakarta aku cari tempat yang pewe buat istirahat. Tiba-tiba nemu ruangan ini:
Hmm, kayaknya lumayan nih istirahat cantik disini. Apalagi tengah malam buta begini nggak mungkin ada ibu-ibu yang butuh menyusui kan? *kecuali busui nekat yang satu ini. Bisa numpang pumping dulu nih. Wah, ternyata disini ada sterilizernya juga. Kece banget lagi sterilizernya, sterilizer UV merek Upang. Ternyata ini sterilizernya emak-emak zaman now loh (aku aja baru tau gegara post di IG). Harganya tiga jutaan di marketplace, katanya sih emang paripurna gitu buat sterilisasi.
Ruang laktasi yang cozy, lengkap dengan wastafel, dispenser dan sterilizer UV |
Sterilizer UV Upang |
Aku bangun tidur sekitar jam 4an. Payudara terasa mengencang tapi aku malas mau pumping lagi. Langsung beberes dan sekitar jam setengah 5 aku keluar terminal dan berniat cari sarapan dulu. Ternyata pada nginap di luar bandara begini. Untung deh aku pewe nginep di dalam ruang laktasi. Mana ada cewek yang menginap? Menyusui pula. Syukur Allah menunjukkan langkahku buat istirahat di ruang laktasi.
Pada ngemper begini. Kalau aku mungkin dah masuk angin yak? |
Setelah beli roti seadanya dan segelas jus biar maag nggak kumat, aku lalu menunggu Bus Damri yang ke arah Bogor. Sempat bingung, ini nunggu bus Damri dimana ya? Ternyata setelah setengah jam nunggu di tempat yang salah (untungnya memang belum ada bus tujuan Bogor memang belum lewat). Tempat nunggu Bus Damri di terminal 2 itu di tempat yang terpisah dari gedung terminal. Owalah.
Disini loh nunggu Damri cuy! |
Bus Damri tujuan Bogor baru tiba setengah enam pagi. Yang executive class pula. Awalnya pengen tunda berangkat, cari yang biasa aja, tapi daripada nunggu lebih lama lagi, lagian tadi sempat kontak sama salah satu peserta orientasi, doi naiknya bus yang ini. Dan, syukur deh aku jadinya naik bus ini, karena dari Soeta ke Bogor itu jauh jendral! Dikata kayak ke Blok M, sejam-an juga nyampe tujuan, ini ternyata butuh waktu 2 jam-an buat sampai pool-nya di Bogor. Selama itu aku sempat tidur tapi kurang nyenyak. Payudara sebenarnya sudah minta diperah, tapi aku sungkan mau pumping di bus.
Pumping itu memang kebutuhan!
Akhirnya sampai di pool Damri jam 7.10. Lumayan mepet waktunya buat sampai ke lokasi acara di Pusat Konservasi Kebun Raya LIPI. Mana Gojek pesananku orangnya masih di seberang jalan. Kalau aku nyebrang juga lama, kudu naik penyebrangan, mana saat itu hujan gerimis aje, memang sih bawa payung, tapi ya tetep malesin kalo harus nyebrang sendiri. Si babang Gojek juga nggak keberatan putar balik dulu. Jadi deh aku sampai lokasi telat 5 menit dari jadwal yang ditetapkan. Untungnya sih ada waktu sejam buat registrasi peserta, jadi aman lah. Hmm, pengen pumping, tapi sungkan izin sama panitia. Mana peralatan pumpingku aku titip ke petugas (karena saat itu peraturannya semua barang dititipkan). Jadi deh pas pemaparan dari kepala Pusat Penelitian Kebun Raya, Dr. Didik Widyatmoko aku nggak konsen blas! Duh gak kuat, nggak kuat. Gentong udah mo meledak!!!*lebay. Akhirnya aku beranikan izin pumpung sama panitia. Untungnya sama bapak panitia yang menjaga tas, beliau malah ngasih saran lokasi pumping, yaitu di mushola. Oh ya Allah, panitia pada baik-baik dan solutif begini, kok ya nggak dari tadi aku pumpingnya.
Drama gentong bocor terus berlanjut. Soalnya hari pertama orientasi memang banyak mobilitasnya sih. Aku sendiri jujur sudah agak ilfil mau pumping, soalnya kondisi breastpad sudah agak rembes. Salahku pakenya washable breastpad, waktu itu belum kepikiran pakai yang disposable. Padahal kalau yang disposable daya tampungnya lebih tinggi, dan gak ribet mikirin nyuci dan nunggu keringnya. Dan karena 'alarm' sudah memanggil, aku manfaatin waktu di bus buat pumping. Big thanks buat apron menyusui...
Selama di Laboratorium Biotekbologi di Cibinong, aku masih bertahan nggak pumping (kondisinya juga nggak memungkinkan. Pemaparan cuma sebentar, terus keliling laboratorium). Lalu destinasi terakhir di pusat Inovasi. Aku udah nggak tahan kudu pumping. Sampai pemaparan mau dimulai (narasumber sudah di depan), aku masih pumping dengan ditutupi apron kesayangan.
Pembicara udah di depan, aku masih pumping |
Selesai pemaparan kami berkeliling di Pusat Inovasi LIPI. Udah nggak konsen pengen cepat pulang, mandi, dan ganti baju. Dah bersimbah ASI rasanya. Pas perjalanan pulang harusnya aku pumping sekali dua kali lagi, biar nggak terlalu 'merengkel'. Tapi aku udah nggak nyaman mau pumping, udah sugesti nanti hasil pumpingnya nggak higienis nih, soalnya pompanya udah dipake dari pagi dan kondisi badanku juga yaks banget. Aku memilih tidur. Dan ketika bangun tidur, bajuku sukses basah kuyup ASI! OMG, ini nggak nyaman banget. Kalau udah terlalu bengkak gini mau dipompa juga nggak enak. Pengennya cepet sampai hotel terus mandi. Kalau sudah bersih paripurna baru enak pumping lagi. Tapi karena lokasi hotel di pusat kota Jakarta, ya pasti macet pol. Saat itu jam 7an. Benar-benar tiba di hotel sekitar jam setengah 9 kalau nggak salah. Fyuh. Dengan terpaksa aku menyerobot antrian pengambilan kunci, untung teman-teman peserta dan panitia bisa maklum. Untungnya lagi, aku dipasangkan sekamar dengan sesama busui yang juga pumping ASI. Anggi namanya. Aku lihat sih bajunya nggak sampai banjir ASI sepertiku, jadi aku izin pakai kamar mandi dulu. Alhamdulillah dia nggak masalah, dia juga masih mau beresin perintilan barangnya dulu katanya.
Selesai mandi rasanya bersih dan segar. Pompa ASI juga sudah dicuci bersih plus rendam di air panas (Alhamdulillah ada pemanas air, bisa buat nyeduh teh juga nanti). Aku lanjut pumping dengan nyaman dan bersih pastinya. No worry buat hasil pumping malam ini. Soalnya habis pumping langsung dimasukin chiler di kamar, dan sebelum tidur ASIPku dan Anggi disetor ke freezer hotel. Pas banget deh sekamar sama Anggi, jadi bisa titip ASInya bareng-bareng.
Anggi itu orangnya well prepared to the max! Segala perintilan menyusui dia siapkan sebaik mungkin. Waktu aku bilang ASIku banjir sampai keluar baju, Anggi langsung nawarin disposable breastpadnya. Walah, kok barang sepenting ini bisa lupa dari listku? Malah bawa yang washable yang nunggu keringnya bikin frustasi. Terus daya tampungnya juga gak sebaik yang disposable pula. Kata Anggi, di bus tadi dia ganti breastpad sampai dua kali. Wajar ya ASI dia nggak sampai bocor keluar baju, wong breastpad penuh tinggal buang, terus ganti baru. Lah aku, misal ganti washable breastpadku, padahal bawanya ngepas 2 pasang, yo bubrah (dasar nggak well prepared, Alhamdulillah dapet teman sekamar kayak Anggi). Demi keselamatan gentong ASI esok dan lusa, aku minta 3 pasang breastpad sama Anggi. Untung dia bawa banyak. Hmm, tipe teman kayak Anggi ini menyenangkan banget buat teman traveling ya. Hihi.
Hari kedua dan ketiga Alhamdulillah nggak ada drama gentong bocor lagi. Aku dan Anggi ambil tempat yang sama di bus. ASIP kami diletakkan di coolboxnya dia. Aman banget dinginnya, karena diisi 1 icepack dan 1 icegel besar. Kami bisa pumping di perjalanan tanpa sungkan dengan teman duduk sebelahnya. Setelah jam makan siang, kegiatan bakal di kantor LIPI Gatsu terus sampai penutupan di hari Rabu besok. Yang artinya aku dan Anggi bisa pumping dan nitip ASI di ruang laktasi di kantor Gatsu. Legaaa...
Ruang laktasi idaman! Ada kulkas n freezer khusus ASIP plus sterilizer. Psst, busui numpang maem |
Drama terakhir terjadi saat mau pulang. Ternyata coolerbag-ku nggak cukup buat bawa simpanan ASIPku! Tapi karena ASIPku dalam keadaan beku, aku beranikan bawa sebagian ASIP di bagian atas coolerbag Gabag-ku yang sebenarnya gak ada insulator suhunya. Tapi kuakali dengan kulapisi rapat bagian atas tas yang agak terbuka dengan koran. Sesuai saran mbak yang lagi pumping di ruang laktasi, katanya koran bisa jadi insulator dingin sementara. Yes, ada gunanya juga bawa koran pembagian dari hotel. Coolerbag aku masukkan ke dalam tas pembagian dari orientasi. Tujuannya selain enak bawanya (karena tas orientasi berupa tas ransel) selain itu biar bagian coolerbag lebih terjaga ademnya. Perintilanku juga bisa diselip-selipkan di tas ini. Pesawat masih jam setengah 10 malam. Tapi aku sudah sampai bandara jam setengah 6 sore. Pas banget sampai bandara tiba-tiba hujan deras. Alhamdulillah udah sampai bandara. Di bandara aku pumping sekali. Kali ini nggak pumping di ruang laktasi tapi di ruang tunggu saja. Soalnya ruang laktasi di Bandara Halim Perdanakusuma ini lagi ada anak-anak, terus nggak ada sterilizer kece kayak di Terminal 2 Soeta. Udah pumping di ruang tunggu saja, cuek aja wong pakai appron. Alhamdulillah pesawat nggak delay. Ternyata sampai di rumah Fafa sudah menunggu. Dari sore dia nggak mau tidur, mungkin feeling kalau ibunya mau pulang. Stok ASIP yang kukira berlebih ternyata cukup buat Fafa. Masih ada sisa 1,5 botol saja dari total 30 botol yang aku stok. Alhamdulillah tetap cukup sih.
Bulan April perjuangannya lebih berat Nak, ibu bakal prajab selama sebulan di Cibinong. Moga-moga setiap minggu ibu bisa pulang buat antar ASIP dan menyusuimu langsung ya putri sholihah ibu...Aamiin.
Putrinya cantik dan sangat lucu. ^_^
BalasHapusPerjuangan banget ya Mbk, alhamdulillah ketemu sm orang2 baik saat orientasi.
BalasHapusBelum kebayang yang orientasi sebulan itu,semangat ya Mbk. Semoga di mudah dan lancarkan semua urusan,Aamiin
Aamiin. Optimis lancar, lancar..
BalasHapus