Berawal dari postingan Mak Lusi tentang selebaran ini di WhatsApp group Emak Blogger Jogja. Langsung dong tertarik daftar, secara aku punya misi untuk mengajak Ais mencintai museum *sekaligus sarana edukasi dan hiburan yang murah meriah juga, ya kan? Daftarnya juga mudah, cukup whatsapp ke nomor yang tertera di selebaran. Cara yang sangat simpel dan murah bukan? 8emak irit mode on. Respon dari Mas Erwin, CP yang nomornya tercantum di selebaran juga cepat. Alhamdulillah aku, Ayah Edy, dan Ais terdaftar menjadi peserta.
Hari Rabu pun tiba, acara perdana Ramadhan di Meseum di Museum Sonobudoyo dimulai sekitar pukul 4 sore. Tetapi karena aku sangat exciting, jadinya sebelum jam 4 sore juga sudah sampai ke lokasi. Di sana masih menunggu peserta terkumpul, plus sepertinya menunggu kunci pintu gerbang juga deh. Maklum, aslinya museum sudah tutup dari jam 3 sore, tetapi karena acara Ramadhan di Museum, makanya Museumnya dibuka lagi sekitar jam 4 sore itu. Sebelum acara dimulai, aku dan Ais bereksplorasi di area sekitar museum.
Berlagak seperti panglima perang |
Akhirnya, acara pun dimulai tepat pukul empat sore. Mas Erwin memberi sambutan sekaligus membuka acara dan dilanjutkan pemaparan dari Pak Arya selaku edukator yang akan memandu kami sore itu. Menurut Pak Arya, arca itu tidak melulu patung. Arca merupakan media seni kedewataan. Konon katanya, arwah dari candi terdapat pada arca, sehingga saat candi runtuh sekali pun, sejatinya candi itu masih ada bila arcanya masih utuh.
Penelusuran kita sore itu dimulai dari arca-arca yang terdapat di kiri gedung yang berisi arca-arca dari kebudayaan Hindu.
Makara dan Kepala Kara
Makara menurut bahasa Sansekerta merupakan makhluk dalam mitologi Hindu. Makara umumnya digambarkan dengan dua hewan gabungan (di bagian depan berwujud binatang seperti gajah atau buaya atau rusa, atau rusa dan di bagian belakang digambarkan sebagai hewan air seperti ikan atau naga). Pada bangunan candi, Makara digunakan sebagai hiasan yang terdapat di bibir tangga dengan bentuk bibir tangga menyerupai bulan sabit. Biasanya terdapat Kepala Kara di dekat Makara. Makara dan Kepala Kara ini terbuat dari batuan andesit dari muntahan gunung.
Arca Dewa Wisnu dan Dewi Laksmi
Dewa Wisnu dan Dewi Laksmi |
Duh, patung ini bisa menjadi simbol romantisme nih. Lihat saja pose patungnya, dimana Dewi Laksmi dipangku Dewa Wisnu. Owh, so sweet!
Arca Dewa Ganesa
Arca selanjutnya adalah Arca Dewa Ganesa. Dewa Ganesa di Agama Hindu adalah simbol pengetahuan dan kecerdasan, dewa pelindung, dewa penolak bala/bencana dan dewa kebijaksanaan. Dewa Ganesa dicirikan dengan mahluk yang memiliki kepala gajah, berperut buncit, dengan empat lengan yang masing-masing membawa patahan gading di tangan kanan bawah, kudapan di tangan kiri bawah, kapak pada tangan kanan atas, dan jerat pada tangan kiri atas. Konon katanya, Dewa Ganesa sebenarnya berwujud manusia normal, akan tetapi karena suatu insiden dengan ayahnya, Dewa Siwa, maka kepala Ganesa terpenggal. Sebab insiden ini adalah karena Dewi Parwati, ibu dari Ganesa meminta anaknya untuk menjaga selagi dia sedang mandi. Ketika itu Dewa Siwa datang dan Ganesa yang tidak mengetahui bahwa Dewa Siwa adalah ayahnya langsung melarang Dewa Siwa masuk. Dewa Siwa pun murka dan dipenggallah kepala Ganesa. Kenapa kemudian yang terpilih adalah kepala gajah, itu karena hewan pertama yang ditemui adalah gajah.
Ais difoto sebelah arca Dewa Ganesa, hehe... |
Alkisah Dewi Parwati bertempur melawan raksasa yang sangat sakti sehingga disebut durga (sulit dicapai. Raksasa (Asura) itu bersembunyi di tubuh seekor lembu (Mahisa) sehingga disebut mahisasura.Ketika Dewi Parwati berhasil menaklukan raksasa tersebut dengan pedangnya, maka Dewi Parwati disebut Dewi Durga. Arca Dewi Parwati setelah menaklukan Mahisasura ini kemudian disebut Arca Durga Mahisasura.
Arca Dewa Siwa, Dewi Parwati, dan Dewa Agastya
Dewa Siwa adalah salah satu dari tiga dewa tertinggi (Trimurti). Dewa Siwa dikenal sebagai dewa perusak, sehingga ditakuti sekaligus disegani oleh banyak orang Jawa kuno. Dewa Siwa dicirikan memiliki tangan empat, masing-masing membawa tri wahyudi, cemara, tasbih/genitri, dan kendi. Bermata tiga (tri netra). Pada hiasan kepalanya terdapat ardha chandra (bulan sabit). Memakai ikat pinggang dari kulit harimau, hiasan di leher dari ular kobra. Kendaraannya yaitu lembu Nandini.
Dewi Parwati sudah dijelaskan di atas merupakan istri dari Dewa Siwa sekaligus ibu dari Dewa Ganesa. Menurut mitologi Hindu, Parwati merupakan puteri dari raja gunung dari Himalaya bernama Himawan, dan seorang apsari bernama Mena.
Agastya adalah penganut Siwa yang taat. Arca Agastya dikenal sebagai Siwa Mahaguru. Konon Agastya digambarkan sebagai penasehat kerajaan yang suci. Tangan kanan Agastya menggenggam aksamala dan tangan kirinya menggenggam kamandalu (sebuah cawan air amerta) yang melambangkan suatu hidup yang berkelanjutan. Pada sisi kanannya, terdapat trisula yang melambangkan ketiga peran dewa, pencipta, pengatur dan penghancur.
Kalamakara adalah hiasan yang biasanya terdapat di atas pintu. Jadi sisi kanan dan kirinya terdapat orang Cina. Arca ini diperkirakan berasal dari abad 8-10 M. Hal ini menandakan bahwa di Pulau Jawa pada abad 8 M sudah terdapat orang-orang cina
Tentang Lingga dan Yoni
Penggambaran Siwa selain sebagai manusia, seringkali digambarkan dalam bentuk lingga. Lingga merupakan simbol kelamin laki-laki yang biasanya dilengkapi dengan Yoni sebagai kelamin wanita. Persatuan antara Lingga dan Yoni melambangkan kesuburan. Dalam mitologi Hindu, Yoni merupakan penggambaran dari Dewi Uma yang merupakan salah satu istri Dewa Siwa.
Yoni |
Berkeliling di arca-arca Budha
Pada taman di sebelah kanan museum, terdapat arca-arca dari mitologi Budha, sayangnya karena hari mulai gelap, foto-fotonya tidak terlalu bagus. Yah, kebanyakan tentang Sidarta Gautama gitu deh. Ini nih suasana #RamadhanDiMuseum bersama 29 peserta lain.
Selain patung-patung Sidarta Gautama, yang paling mencuri perhatian adalah Dwarapala ini. Dwarapala adalah patung penjaga gerbang dalam ajaran Siwa dan Buddha yang berbentuk manusia atau monster yang menyeramkan. Biasanya dwarapala diletakkan di luar candi, kuil atau bangunan lain untuk melindungi tempat di dalamnya. Suasananya jadi seperti di Bali ya? Hehe.
Dwarapala. Patung penjaga pintu kuil |
Next Day: Sejarah Islam di Jogja
Referensi:
http://sejarahharirayahindu.blogspot.co.id/2012/06/arca-durga-mahisasura.html
http://candi-siwa.blogspot.co.id/
https://id.wikipedia.org/wiki/Agastya
https://id.wikipedia.org/wiki/Ganesa
https://id.wikipedia.org/wiki/Parwati
https://id.wikipedia.org/wiki/Siwa
Banyak arca ya mbak di museumnya. Aku suka ke museum tapi agak-agak gimana gitu kalau liat arca :D
BalasHapuskayak ada isinya ya Mbak Rien, hehe
HapusAku sukaaaa banget wisata museum. Selalu menikmati apa2 yang terkait sejarah
BalasHapusKapan2 wajib nih kesini
iya Mbak. Kalau kesini pakai pemandu, biar lebih paham sama isi museum.
HapusRomantis banget, Dewa Wisnu dan Dewi Laksmi...
BalasHapusKapan2 ke sana... ajak Juna ah...
sejarah, museum.. itu hal-hal yang aku suka. Kita bisa mendapat sesuatu disana.
BalasHapusanggiputri.com
baru tahu yg sering dipasang di tangga namanya makara. Dia berfungsi sebagai apa mb?
BalasHapuscuma hiasan aja kayaknya
HapusPengen bawa anak2 ke museum, tapi kalau balita kira2 boleh gak ya mbak?
BalasHapusboleh Mbak. Anakku aja baru 4 tahun itu
HapusKabarnya monas di jakarta juga simbol lingga ya? Berarti dulu jakarta termasuk subur...tapi di mana yoninya?
BalasHapusnah. bisa dicari tahu itu, jadi kepikiran juga nih...
HapusSeru ya bisa ngabuburit di museum...
BalasHapusAku banyak 'kenal' arca itu dari Museum Kailasa di Dieng...
Candi2 di Dieng juga kece2 Mbak...
HapusGagal fokus sama dewa wisnu dan dewa laksmi. Belajar sejarah itu seru :D
BalasHapusromantis boo, hehe
HapusSaya mulai suka dengan sejarah, hehe. Apalagi sejarah-sejarah Indonesia yang kaya akan filosofi, seperti kain tenun.
BalasHapusBdw, tulisannya mbak mantap, informasinya banyak. gitu berarti mbak merekam pembicaraan edukator ya? atau sambil diperkuat sama info di internet?
aku gugling iki San. 2 hari ngedraftnya, takut salah tulis e, haha
HapusBanyak arca yang mirip dengan yang di Museum Nasional ya mbak.
BalasHapusPatung Sidartha gak ada ya. :D
ada. tapi nggak kufoto, banyak malah, tapi kemarin udah gelap pas mau foto
Hapus