Pagi ini timeline facebookku dihebohkan dengan berita ibu di daerah Serang, Banten yang dagangannya disita Satpol PP setempat karena berjualan di siang hari saat bulan puasa. Rupanya ada peraturan daerah Serang yang menyatakan bahwa rumah makan, kafe, atau pun restoran tidak diperbolehkan buka di siang hari selama bulan puasa. Karena masih banyak rumah makan yang nekat buka, akhirnya disitalah dagangan mereka.
Berita terviral ini datang dari Kompas.com, heboh karena diperlihatkan bagaimana seorang ibu yang sepertinya sudah cukup berumur menangis karena dagangannya diangkut. Duh, kalau sudah bawa kemanusiaan gini siapa yang nggak terenyuh ya? Langsung deh ramai-ramai menghujat tindakan Satpol PP yang terkesan arogan dan tidak berperikemanusiaan. Jujur saja aku termasuk yang ikut menghujat. Peraturan macam itu, melarang orang berjualan? Kalau kayak gitu caranya sama aja mematikan rezeki orang dong? Ya kan? Pada saat melihat dan menyebarkan berita itu, di pikiranku berkelebat rasa emosi, tapi masih terkontrol mengingat lagi puasa.
Lalu Allah menunjukkan kepadaku bagaimana seharusnya menyikapi hal ini...
Sulutan emosi ini akhirnya bisa diredam karena sharing seorang teman facebook tentang gerakan donasi untuk si ibu dan penjual makanan lain yang terkena razia Satpol PP tadi. Wah, benar juga nih, daripada emosi sama pemerintah Serang, toh aku juga nggak paham asal usul peraturan itu dibuat, mending fokus dengan solusi pemecahan masalah ini, yaitu latar belakang mereka nekat berjualan. Yah, apalagi kalau bukan masalah himpitan ekonomi. Jadi, daripada mengumpat ya lebih baik fokus sama inti permasalahannya ini. Bentuk nyatanya dengan penggalangan dana yang dikomandoi oleh Dwika Putra. Dana yang terkumpul akan disalurkan secara berkala ke Serang, Lebak dan sekitarnya oleh komunitas bantuan kemanusiaan dan StandupSerang. Laporan donasi per jam 10 pagi tadi, sudah mencapai 31 juta, dan bantuan masih dinantikan sampai besok (12/06) jam 12 siang. Wih, merinding bacanya. Cukup banyak yang tergerak untuk berdonasi dalam waktu singkat ya? Salut! Share tentang ini ada di FB dan Twitterku yah, atau kalau sekarang mau donasi juga masih sempat. ke rekening BCA atas nama Dwika Putra Hendarawan (5315110189).
*update malam ini, donasi sudah mencapai 111 juta. Uwow! Dan endingnya terkumpul hampir 250 juta untuk donasi korban razia. Alhamdulillah.
Total donasi per jam 10 tadi pagi. Sudah terkumpul 31 juta. |
Dari kejadian pagi ini aku mengambil kesimpulan bahwa dalam menanggapi berita haruslah bijak dengan melihat dari segala sisi. Sebaiknya kedepankan pikiran positif dan jangan tersulut emosi karena sejatinya kita nggak pernah tahu pasti duduk permasalahannya. Perkara yang disyuting Kompas itu ibu-ibu berjilbab, atau mungkin ada yang menyangsingkan penggalangan dana yang dilakukan Dwika Putra, aku sih memilih tidak menghabiskan energi untuk memikirkan itu. Toh, bukan itu inti permasalahannya kan? Pokoknya aku berusaha membantu semampu yang aku bisa yaitu dengan donasi lewat Dwika Putra (ini bukan maksud riya, karena toh donasiku berjumlah sangat kecil), perkara masalah HAM, politik, atau pun agama, bodo amat lah! Jangan sampai kita terjebak dan terpecah belah karena suatu berita, setuju?
Pandangan yang bijak, Diba. Aku sempet tersulut emosi juga huehhehe. Hari ini aku lagi ga puasa karena dapat siklus bulanan. Kalau aku liat yang beli makanan pas siang sih mikirnya banyak hal. Karena lagi musafir, sakit atau perempuan mah lagi mens.
BalasHapusSementara kalau pekerja keras kayak kuli juga kan butuh makan biar tetep bisa bekerja dan ga lemes.
Salut dan respek buat inisatif Dwika Putra. Daaan satu lagi, edukasi di sini emang masih kurang, ya.
Semoga segera ada solusi buat masalah ini, ya.
Bener tuh Mak. Okelah kita harus mengagungkan bulan Ramadhan, tapi tindakan razia seperti itu apa nggak malah menodai Ramadhan itu sendiri? Aku penasaran tentang sejarah perda itu, katanya sih di Malaysia udah nerapin kayak gini.
HapusAllhamdulillah ya ada yang mau bantu. Masalahnya, hambokya meski dagangannya diambil, tapi diganti gitu. Masalahnya mereka kan lagi nyari rejeki ya. Kecuali dagang di tempat yg ga tepat (dalem mesjid misalnya) hehe.
BalasHapusLagian esensinya merazia apa coba? Makanan2 itu jg nanti akhirnya paling dibuang. Mubazir kan? Ah. Sedih.
HapusMbrebes mili juga sih mak Diba sama halnya yg dilihat di tv.kok gk manusiawi segitunya mereka asal gusur angkut. Mungkin ke depannya hrs dipikirkan sosialisasi dan aksi yg kbih proaktif.
BalasHapusIya. Malah menodai kesucian Ramadhan yg kyk gini. Aku sedih.
HapusAku juga ngikutin beritanya di twiter...
BalasHapusKeren banget lah gerakannya, ternyata masih banyak orang yang peduli dan ingin membantu yah :)
Mudah2an kita juga bisa lebih bijak lagi dalam menanggapi sebuah berita lah yah :))
Betul Mb Erry..
BalasHapusAku baca postingan ini kmrn, dan telat tahu beritanya. Eh sadar2 durung koment, xixixixi. Kl aku mah, menjadi bangsa Indonesia yg bhineka tunggal ika aja. Gak ush ikut2an negara org.
BalasHapus