Tahun 2014 adalah tahun yang spesial buatku. Banyak suka dan duka terjadi di tahun ini. Sebuah resolusi besar aku jalani di tahun ini. Sebuah resolusi yang membuatku harus jauh sementara dari suami. Resolusi itu adalah, resign dari pekerjaan.
Mengambil keputusan resign adalah sulit buatku. Aku dihadapkan pada kondisi dilema hebat. Di satu sisi, aku bahagia di sini. Aku senang lingkungan tinggalku, kami sekeluarga pun harmonis dan bahagia di sini.
Aku merasa seperti di surga di sini. Kami adalah sepasang suami istri dengan level officer di perusahaan gula terbesar se-Indonesia. Jarang-jarang kan suami istri bisa kerja di satu perusahaan? Biasanya salah satu harus mngundurkan diri. Tapi kami beruntung tidak harus membuat keputusan itu.
Kurang bahagia apa coba? Kok ya masih aja kepikiran resign?
Maaf. Tapi nurani nggak bisa dibohongi. Aku merasa pekerjaanku sekarang tidak akan berkembang. Stagnan. Ya, karena aku hanya berurusan dengan administrasi, padahal aku teknolog pangan! Nggak nyambung kan? Aku ingin membuat inovasi pada pekerjaanku. Tapi rupanya inovasi haram dilakukan oleh level non manajemen sepertiku. Hatiku berontak, aku tidak nyaman sama sekali dengan pekerjaanku. Aku mulai bekerja tanpa hati. Sungguh nggak enak. Aku menjadi setengah-setengah dalam bekerja. Seringkali pula aku diliputi rasa bersalah akibat kurang tanggung jawab. Berbulan-bulan aku merenung dan berdoa. Akhirnya keputusan besar itu diambil. Aku harus resign.
Keputusan ini tentu membuat syok keluargaku, terutama suami. Rupanya dia nggak siap melihat istrinya tidak bekerja, yah aku pun juga saat itu ngeri membayangkan haru menganggur di rumah. Bukan apa-apa, ibuku sendiri adalah ibu bekerja, dan aku melihatnya keren sekali. Aku ingin seperti itu.
Akhirnya, suami menyarankanku untuk sekolah lagi. Suamiku sangat mengerti aku. Dia sadar aku hanya akan uring-uringan jika cuma berdiam diri di rumah. Oke ada banyak kuliah online dan lomba blog yang bisa aku ikuti di rumah. Tapi apa itu sebanding bila dibandingkan kesibukanku bekerja. Dan boleh diakui dengan jujur, saat bekerja di kantor adalah saat me time yang sempurna. Saat dimana sesaat terbebas dari rutinitas rumah tangga yang menjemukan. Yah, bukan berarti meremehkan pekerjaan rumah tangga. Tapi suka sebel aja udah capek kerja seharian di rumah, eh tetep aja dibilang, "Ngapain aja hari ini?". Emang ni rumah cakep n masakan enak tersedia bukan kerjaan? Herannya, kalau kerja kantoran, walo seharian sekedar ngadep komputer dengan durasi kerja efektif mungkin ga ada dua jam, tetap aja lebih keren. Heran ya? Tapi itulah kenyataannya, sejujurnya aku lebih nyaman untuk mainstream sesuai dengan pendapat itu.
Dua bulan pertama resign adalah masa yang cukup berat buatku. Aku mentarget harus ada pemasukan sebulan. Dan menjalani bisnis sambil mengasuh anak itu sangat melelahkan. Apalagi aku sendiri tidak punya feel untuk berbisnis barang. Mencoba peruntungan berbagai lomba blog. Hasilnya nihil. Alhamdulillah sih sempat menang lomba blog berhadiah buku.*disyukuri saja.
Bulan ketiga pasca resign mulai ketar ketir. Saldo tabungan makin kurus saja, padahal tagihan tetap sama. Aku kudu piye? Suami sebenarnya ngasih duit, tapi rasanya hampa aja kalo sebulan nggak bisa nabung. Semua mimpi-mimpi yang berbiaya besar seperti naik haji dan keliling Indonesia diskip dulu. Investasi buat sekolahnya Faris pun sempat mau kuhentikan, tapi masak sih aku 'sebangkrut' itu? I'll try to keep survive. Alhamdulillah, pertolongan Allah datang lewat ibuku tercinta. Seringkali dia memberi hadiah-hadiah buat Faris, yang itu berarti mengurangi budget belanja untuk Faris. Haha.
Bulan keempat pasca resign kembali dirundung galau. Saat itu aku harus bayar SPP kuliah. Gosipnya biaya kuliah membengkak tiga juta daripada tahun sebelumnya. Aku syok. Tiga juta rupiah adalah jumlah yang besar buatku saat ini. Darimana dapat tambahan? Padahal beasiswa LPDP ku juga ga tembus. Ah. Sempat merutuki nasib, kok hidupku sekarang gini banget ya?*lebay
Tapi lagi-lagi pertolongan Allah datang, rupanya rektor belum acc surat keputusan SPP baru. Jadi artinya sampai aku lulus masih pake SPP lama. Alhamdulillah.
Bulan kelima mulai persiapan kuliah. Selama menunggu kuliah aku tetap rajin ikut lomba blog, walau hasilnya pada zonk. Haha. Kalau dipikir-pikir, selama aku nggak bekerja, aku nggak produktif menghasilkan rupiah. Tapi aku menikmati proses ini. Sembari gagal, aku terus mencoba bangkit. Nggak ada waktu buat menyalahkan orang atau pun keadaan. Aku yang harus mengubah nasibku sendiri. Yang penting aku merasa yakin dengan jalanku. Aku tetap konsisten pada jalanku meski banyak rintangannya. Bukannya orang gagal itu adalah orang yang menyerah sebelum sukses? Berarti aku belum gagal dong selama aku belum menyerah? Pokoknya aku terus konsisten mengasah kemampuanku menulis. Membuat resume menarik dari tiap kuliah online yang kuikuti. Semua kutuangkan lewat tulisan di blog. Nggak mikir duit, wong ada yang baca dan mengambil manfaat dari tulisanku aja aku udah seneng.
Bulan keenam mulai aktif kuliah. Saat itu aku berkenalan dengan teman-teman seangkatanku. Rata-rata mereka seumur adekku. Ya, anak S1 sekarang banyak yang langsung lanjut S2,makanya aku termasuk 'tua' di kelas.
Seangkatan kuliah dengan anak-anak muda membuatku merasa kembali muda. Apalagi kata mereka aku nggak kelihatan udah ibu-ibu..*ow geer. Peer terbesarku saat itu adalah agar bisa berpacu mangikuti mereka. Jangan sampai kalah rajin dan ketinggalan pelajaran. Maklum saja, materi kuliah udah menguap dari lima tahun kerja di administrasi pabrik gula. Haha!
Sambil kuliah, aku juga membuka bimbingan belajar di garasi rumah. Semenjak itu aku menjadi sangat sibuk. Lebih sibuk dari kerja kantoran. Alhamdulillah mulai bulan ketujuh pasca resign kerja aku mulai bisa berpenghasilan. Hari-hariku kembali diwarnai dengan kegiatan belajar dan belajar. Lomba blog mulai selektif, prioritas utama adalah kuliahku. Apalagi aku berada pada program studi dimana mahasiswanya rajin dan disiplin semua.
Di tengah kesibukan itu, ada pengumuman tes CPNS BPOM. Instansi ini udah aku incer dari 2008, sayang mereka jarang buka lowongan buat teknologi pangan. Tapi tahun ini rekrutmen besar-besaran anak pangan, mungkin karena kepalanya orang mikrobiologi pangan ya, Pak Roy Sparingga. Langsung pede daftar, padahal umur maksimal 26 tahun. Untungnya aku punya surat pengalaman kerja, jadinya bisa lolos administrasi. Alhamdulillah.
Mulai deh getol belajar UUD 45, soal-soal TPA. Pokoknya aku harus usaha maksimal buat CPNS tahun ini. Apalagi bisa lolos admisnistrasi walaupun umur sudah lewat, itu sudah anugrah luar biasa buatku.
Oh ya, berbekal kegagalanku pada banyak lomba blog, aku menjadi pribadi yang lebih risk taker. Aku semakin percaya bahwa untuk sebuah kesuksesan diperlukan usaha untuk mencoba semua kesempatan. Alhamdulillah Jogja adalah ladang ilmu buatku. Banyak seminar-seminar gratisan kudatangi. Semua ilmu yang kudapat coba kubagikan di blog. Aku nggak berharap banyak, aku hanya berharap bisa terus mengasah kemampuan menulisku. Aku yakin suatu saat ini bisa jadi penghasilan buatku.
Beberapa materi kuliah yang menarik juga aku share ke blog. Sejujurnya aku sampai bingung sendiri sama banyaknya tulisan di blogku. Sampai akhirnya aku klasifikasikan beberapa bab besar. Sekarang bahkan aku sudah tidak ikut lomba blog lagi. Mau fokus sama kuliah n tes CPNS ni ceritanyee..
Alhamdulillah nilai tes CPNS ku cukup bagus. Walau begitu tetap ketar-ketir, sebab banyak yang lebih bagus juga. Sampai awal 2015 ini pengumumannya belum juga keluar. Aku hanya bisa terus mengencangkan doa. Mudah-mudahan berita baik itu segera tiba. Aamiin.
Ya Allah. Kuharap di tahun baru ini aku bisa segera berkumpul dengan suamiku. Memulai lembar hidup baru dan berjuang bersama. Aamiin.
Mengambil keputusan resign adalah sulit buatku. Aku dihadapkan pada kondisi dilema hebat. Di satu sisi, aku bahagia di sini. Aku senang lingkungan tinggalku, kami sekeluarga pun harmonis dan bahagia di sini.
Aku merasa seperti di surga di sini. Kami adalah sepasang suami istri dengan level officer di perusahaan gula terbesar se-Indonesia. Jarang-jarang kan suami istri bisa kerja di satu perusahaan? Biasanya salah satu harus mngundurkan diri. Tapi kami beruntung tidak harus membuat keputusan itu.
Kurang bahagia apa coba? Kok ya masih aja kepikiran resign?
Maaf. Tapi nurani nggak bisa dibohongi. Aku merasa pekerjaanku sekarang tidak akan berkembang. Stagnan. Ya, karena aku hanya berurusan dengan administrasi, padahal aku teknolog pangan! Nggak nyambung kan? Aku ingin membuat inovasi pada pekerjaanku. Tapi rupanya inovasi haram dilakukan oleh level non manajemen sepertiku. Hatiku berontak, aku tidak nyaman sama sekali dengan pekerjaanku. Aku mulai bekerja tanpa hati. Sungguh nggak enak. Aku menjadi setengah-setengah dalam bekerja. Seringkali pula aku diliputi rasa bersalah akibat kurang tanggung jawab. Berbulan-bulan aku merenung dan berdoa. Akhirnya keputusan besar itu diambil. Aku harus resign.
Keputusan ini tentu membuat syok keluargaku, terutama suami. Rupanya dia nggak siap melihat istrinya tidak bekerja, yah aku pun juga saat itu ngeri membayangkan haru menganggur di rumah. Bukan apa-apa, ibuku sendiri adalah ibu bekerja, dan aku melihatnya keren sekali. Aku ingin seperti itu.
Akhirnya, suami menyarankanku untuk sekolah lagi. Suamiku sangat mengerti aku. Dia sadar aku hanya akan uring-uringan jika cuma berdiam diri di rumah. Oke ada banyak kuliah online dan lomba blog yang bisa aku ikuti di rumah. Tapi apa itu sebanding bila dibandingkan kesibukanku bekerja. Dan boleh diakui dengan jujur, saat bekerja di kantor adalah saat me time yang sempurna. Saat dimana sesaat terbebas dari rutinitas rumah tangga yang menjemukan. Yah, bukan berarti meremehkan pekerjaan rumah tangga. Tapi suka sebel aja udah capek kerja seharian di rumah, eh tetep aja dibilang, "Ngapain aja hari ini?". Emang ni rumah cakep n masakan enak tersedia bukan kerjaan? Herannya, kalau kerja kantoran, walo seharian sekedar ngadep komputer dengan durasi kerja efektif mungkin ga ada dua jam, tetap aja lebih keren. Heran ya? Tapi itulah kenyataannya, sejujurnya aku lebih nyaman untuk mainstream sesuai dengan pendapat itu.
Dua bulan pertama resign adalah masa yang cukup berat buatku. Aku mentarget harus ada pemasukan sebulan. Dan menjalani bisnis sambil mengasuh anak itu sangat melelahkan. Apalagi aku sendiri tidak punya feel untuk berbisnis barang. Mencoba peruntungan berbagai lomba blog. Hasilnya nihil. Alhamdulillah sih sempat menang lomba blog berhadiah buku.*disyukuri saja.
Bulan ketiga pasca resign mulai ketar ketir. Saldo tabungan makin kurus saja, padahal tagihan tetap sama. Aku kudu piye? Suami sebenarnya ngasih duit, tapi rasanya hampa aja kalo sebulan nggak bisa nabung. Semua mimpi-mimpi yang berbiaya besar seperti naik haji dan keliling Indonesia diskip dulu. Investasi buat sekolahnya Faris pun sempat mau kuhentikan, tapi masak sih aku 'sebangkrut' itu? I'll try to keep survive. Alhamdulillah, pertolongan Allah datang lewat ibuku tercinta. Seringkali dia memberi hadiah-hadiah buat Faris, yang itu berarti mengurangi budget belanja untuk Faris. Haha.
Bulan keempat pasca resign kembali dirundung galau. Saat itu aku harus bayar SPP kuliah. Gosipnya biaya kuliah membengkak tiga juta daripada tahun sebelumnya. Aku syok. Tiga juta rupiah adalah jumlah yang besar buatku saat ini. Darimana dapat tambahan? Padahal beasiswa LPDP ku juga ga tembus. Ah. Sempat merutuki nasib, kok hidupku sekarang gini banget ya?*lebay
Tapi lagi-lagi pertolongan Allah datang, rupanya rektor belum acc surat keputusan SPP baru. Jadi artinya sampai aku lulus masih pake SPP lama. Alhamdulillah.
Bulan kelima mulai persiapan kuliah. Selama menunggu kuliah aku tetap rajin ikut lomba blog, walau hasilnya pada zonk. Haha. Kalau dipikir-pikir, selama aku nggak bekerja, aku nggak produktif menghasilkan rupiah. Tapi aku menikmati proses ini. Sembari gagal, aku terus mencoba bangkit. Nggak ada waktu buat menyalahkan orang atau pun keadaan. Aku yang harus mengubah nasibku sendiri. Yang penting aku merasa yakin dengan jalanku. Aku tetap konsisten pada jalanku meski banyak rintangannya. Bukannya orang gagal itu adalah orang yang menyerah sebelum sukses? Berarti aku belum gagal dong selama aku belum menyerah? Pokoknya aku terus konsisten mengasah kemampuanku menulis. Membuat resume menarik dari tiap kuliah online yang kuikuti. Semua kutuangkan lewat tulisan di blog. Nggak mikir duit, wong ada yang baca dan mengambil manfaat dari tulisanku aja aku udah seneng.
Bulan keenam mulai aktif kuliah. Saat itu aku berkenalan dengan teman-teman seangkatanku. Rata-rata mereka seumur adekku. Ya, anak S1 sekarang banyak yang langsung lanjut S2,makanya aku termasuk 'tua' di kelas.
Seangkatan kuliah dengan anak-anak muda membuatku merasa kembali muda. Apalagi kata mereka aku nggak kelihatan udah ibu-ibu..*ow geer. Peer terbesarku saat itu adalah agar bisa berpacu mangikuti mereka. Jangan sampai kalah rajin dan ketinggalan pelajaran. Maklum saja, materi kuliah udah menguap dari lima tahun kerja di administrasi pabrik gula. Haha!
Sambil kuliah, aku juga membuka bimbingan belajar di garasi rumah. Semenjak itu aku menjadi sangat sibuk. Lebih sibuk dari kerja kantoran. Alhamdulillah mulai bulan ketujuh pasca resign kerja aku mulai bisa berpenghasilan. Hari-hariku kembali diwarnai dengan kegiatan belajar dan belajar. Lomba blog mulai selektif, prioritas utama adalah kuliahku. Apalagi aku berada pada program studi dimana mahasiswanya rajin dan disiplin semua.
Di tengah kesibukan itu, ada pengumuman tes CPNS BPOM. Instansi ini udah aku incer dari 2008, sayang mereka jarang buka lowongan buat teknologi pangan. Tapi tahun ini rekrutmen besar-besaran anak pangan, mungkin karena kepalanya orang mikrobiologi pangan ya, Pak Roy Sparingga. Langsung pede daftar, padahal umur maksimal 26 tahun. Untungnya aku punya surat pengalaman kerja, jadinya bisa lolos administrasi. Alhamdulillah.
Mulai deh getol belajar UUD 45, soal-soal TPA. Pokoknya aku harus usaha maksimal buat CPNS tahun ini. Apalagi bisa lolos admisnistrasi walaupun umur sudah lewat, itu sudah anugrah luar biasa buatku.
Oh ya, berbekal kegagalanku pada banyak lomba blog, aku menjadi pribadi yang lebih risk taker. Aku semakin percaya bahwa untuk sebuah kesuksesan diperlukan usaha untuk mencoba semua kesempatan. Alhamdulillah Jogja adalah ladang ilmu buatku. Banyak seminar-seminar gratisan kudatangi. Semua ilmu yang kudapat coba kubagikan di blog. Aku nggak berharap banyak, aku hanya berharap bisa terus mengasah kemampuan menulisku. Aku yakin suatu saat ini bisa jadi penghasilan buatku.
Beberapa materi kuliah yang menarik juga aku share ke blog. Sejujurnya aku sampai bingung sendiri sama banyaknya tulisan di blogku. Sampai akhirnya aku klasifikasikan beberapa bab besar. Sekarang bahkan aku sudah tidak ikut lomba blog lagi. Mau fokus sama kuliah n tes CPNS ni ceritanyee..
Alhamdulillah nilai tes CPNS ku cukup bagus. Walau begitu tetap ketar-ketir, sebab banyak yang lebih bagus juga. Sampai awal 2015 ini pengumumannya belum juga keluar. Aku hanya bisa terus mengencangkan doa. Mudah-mudahan berita baik itu segera tiba. Aamiin.
Ya Allah. Kuharap di tahun baru ini aku bisa segera berkumpul dengan suamiku. Memulai lembar hidup baru dan berjuang bersama. Aamiin.
semoga tahun ini lebih baik lagi mbak^^
BalasHapusMakasih Mak
HapusKeputusan besar keluar dari zona aman. Semoga 2015 lebih sukses mak. Amin...
BalasHapusIya Mak. Bangkit stelah keluar dari zona aman itu. Sesuatu banget...
Hapussemoga makin sukses dan berkah di tahun ini mak Ardiba ...:)
BalasHapusAamiin. Sukses buat Mak Nuraviana ya juga ya...
Hapussemoga makin sukses maak....senang kenal denganmu...:-)
BalasHapusAku yang lebih senang kenal mak nunung. Penulis inspiratif buatku. Terus produktif ya mak! Sukses selalu...aamiin
HapusAmiin...mengaminkan semua doamu mak :)
BalasHapusMakasih Mak Irma. Semoga resolusimu tahun ini jg tercapai ya mak...
HapusWah salut banget, Mak. Ternyata ini toh alasan di balik resign dirimu. Aku kira resign krn emang niat kuliah. Salut. Mungkin nggak banyak orang yg berani ambil keputusan itu. Puji syukur ya, Mak, rezeki ada aja, sekarang sdh bs mulai nabung sambil bagi ilmu utk anak-anak. Asiikk. Semoga tahun 2015 makin berkah ya. Btw, ada ya kuliah online? Aku baru tauuu, hihihi, katroookkk.
BalasHapusAda mak. Ada kuliah online ibu profesional. Itu kuliah online dari Bu Septi Peni yang penemu jarimatika. Mak Lala juga tuh sering buat webinar.
Hapusterus kalo yang lebih 'scientist' aku ikut kuliah online dari coursera.org. banyak kuliah online gratisan dr dosen2 dunia disana. Cobain deh mak
Walau nggak ikut lomba blog, masih tetap ngeblog kan? :D
BalasHapusSetiap keputusan pasti ada tanggungjawab untuk menjalaninya, diriku juga LDR-an sama suami, Lusi juga tuh, dinikmati saja, Insya Allah akan memperkuat hubungan :)
Keep spirit, Ardiba <3
Wo...pada LDR juga y?*banyak temennya
Hapustetep ngeblog dong mak. Kan pengen jadi blogger keren kayak Mak Injul..hehe
semoga tahun ini lebih cemerlang ya mak...iya, awal2 resign emang berasa banget, aku akhirnya banting setir nulis buku Alhamdulillah, ketemu jalannya..
BalasHapusIya ya mak? Awal resign tu kyk berada di titik nadir*lebay
HapusTapi Insya Allah kalo sungguh2 pasti ada jalan ya Mak. Mak Dewi mah tulisannya keren. Bukunya ciamik. Sukses ya mak
Semoga lolos cpnsnya ya mak.amin
BalasHapusAamiin. Mksh dukungannya dari awal tes ya Mak
HapusSemoga keinginannya dikabulkan Mak Ardiba, semangat terus.
BalasHapusPerasaan kita sama, me time paling WOW itu memang bekerja :D
BalasHapuswaah hebat mak siap keluar dr zona nyaman. apapun all the best kedepannya yaa... bisa bekerja sesuai dengan passion itu rezeki luar biasa lhoo *masih ngarep*
BalasHapusSemoga tahun depan lancar semua Mak. Saya juga mikir pengen ngurus rumah, tapi takut ga bisa nabung. Ya sudah dijalani dl saja
BalasHapusnanti deh mbak Ardiba insya Allah akan mendapat sebuah kejutan dari ngeblog.. Pokoe istiqomah ngeblog..
BalasHapusmoga sukses dengan segala harapan sampean di tahun ini ya mbak