Nggak sampai sejam merangkai kata, karena memang ide tulisan sudah loncat-loncat di kepala. Setelah tulisan jadi, langsung aku hitung karakter tulisannya, benar-benar aku susun supaya nggak terlalu melenceng dari 2500 karakter. Pokoknya benar-benar ngikutin pakem yang diposting Mak Lianny. Alhamdulillah tanggal 23 Oktober kirim artikel, pas tanggal 28 Oktober dapat konfirmasi artikelku bakal dimuat di Buah Hati Leisure Republika 4 November 2014. Oh ya rubrik ini terbit setiap Selasa. Artinya, antriannya lumayan cepet dong, Alhamdulillah.
Ini nih penampakan tulisanku pasca diedit sama editornya.
Coba dibandingkan dengan tulisan sebelum diedit editor. Jangan diketawain ya, hehehe
Buah hatiku semangat belajarku.
Tuntutlah ilmu sampai ke liang lahat.
Pepatah itu yang aku pegang teguh sampai akhirnya memutuskan kuliah pasca
sarjana dengan biaya mandiri walaupun usia sudah hampir kepala tiga.
Alhamdulillah aku dapat tembus program pasca sarjana di universitas negeri
tertua di Indonesia. Saat ini aku tengah
giat menjalani semester pertama
perkuliahan disana. Setelah lebih dari enam tahun tidak berkutat dengan ilmu
perkuliahan membuatku harus ‘gas pol’ mengejar ketertinggalan dari teman-teman
lain yang lebih muda. Terkadang ada kalanya aku menginginkan ‘me time’ lebih
lama untuk bisa belajar, seperti halnya teman-temanku yang masih lajang. Saat
kuliah sarjana dulu, aku bisa bebas menentukan mau apa dan mau kemana. Tapi,
sekarang kondisinya sudah berbeda, aku sekarang memiliki seorang anak dan harus
berjauhan dengan suami pula. Apa mungkin mengharapkan ‘me time’ 24 jam? Bisa
menitipkan anak kepada tetangga selama kuliah saja sudah bersyukur sekali.
Maklum, mencari asisten rumah tangga bukan hal yang mudah saat ini.
Tapi Alhamdulillah, aku dikarunai anak yang
sangat pengertian. Walaupun usianya baru 3 tahun, tapi dia sangat mengerti
keadaan ibunya, bahkan ketika aku sudah membuka tablet ataupun diktat kuliah
dia tidak pernah protes, justru berkata seperti ini:
“ Ibu belajar aja ya, biar nanti Ais yang
kerja.”
Bahkan saat rasa malas dan kantuk
menyerang, aku biasanya akan mengajaknya tidur, dia malah berkata:
“Ibu katanya mau belajar? Ibu belajar aja,
Ais ntar tidur sendiri aja.”
Hati ibu mana yang tidak meleleh diberi
semangat seperti itu. Tidak ada lagi keinginanku untuk ‘me time’ dan menjauh
dari anakku tercinta hanya demi bisa konsentrasi belajar. Karena justru
pelajaran yang kupelajari lebih masuk saat bersama anakku dan mengawasinya bermain.
Memang akan terjadi banyak interupsi kecil seperti minta pipis, minta
diambilkan air minum atau minta dibantu membetulkan mainan mengiringi
belajarku, tetapi itulah yang membuatku terkesan dan mudah menangkap pelajaran.
Ada pula tingkahnya yang sok serius memperhatikan saya yang tengah komat-kamit
menghafalkan materi pelajaran membuatku geli sekaligus semakin bersemangat
belajar.
Ya Allah terima kasih telah kau titipkan
malaikat kecil yang selalu menjadi embun penyejuk bagiku. Membuatku bersemangat
di kala penat dan optimis memandang masa depan. Insya Allah saya akan terus
belajar sebaik-baiknya dan berharap nantinya saya mampu mendidik calon pemimpin
bangsa. Calon pemimpin bangsa yang saat ini masih asyik bermain pasir dan
menganggap nonton video mobil sebagai kegiatan bekerja.
***
- Tulis pengalaman mendidik anak sebanyak 2500 karakter, atau sekitar 300 kata.
- Kirim ke leisure@rol.republika.co.id
- Sertakan biodata (nama, domisili, dan no rekening), oh ya no rekeningnya lengkap dengan keterangan bank dan nama pemilik rekeningnya yaa...
- Jangan lupa sisipkan foto di email. Pasang foto paling ciamik, soalnya nanti dicetak berwarna agak gede, lumayan banget kan nampang cantik di koran, wkwkwk
Keep blogging n share to others. Cheers!!!!
Wuih keren! Belom pernah ngirim ke Republika. Nyobain ah. :D
BalasHapusKeren mak..TFS :)
BalasHapusjadi kepengen juga mak... hehehe...
BalasHapusselamat ya...
wah selamat ya mak, jadi kepengin nyobain juga nih
BalasHapusterimakasih tips nya :)
seleb blogger apaan mak? hihihi :D
BalasHapusSelamat ya mak, anak memang penyemangat kita ya, rasanya letih lesu mendadak hilang begitu melihat senyum anak, hati jadi "adem" :)
Pengen nyoba juga...wish me luck spt dirimu ya MBak
BalasHapusWah, slmt ya, Mak. Keren ih bisa nampang di media. :)
BalasHapusSiiiiippp bingitssss, daku juga blum pernah kirim ke Republika sih.
BalasHapusSelamat Mak, keren fotonya. Dua jempol buat Ais
BalasHapus