Kali ini saya akan share tentang materi seminar pagi ini, kamis 9 Oktober 2014. Seminar ini adalah kerjasama UGM dan CIMB Principal. Tajuk acara ini adalah:
Pertama kali mendaftar seminar ini mata langsung ijo aja. Membayangkan kerennya ngomongin masalah moneter begini. Sejujurnya punya teman yang berkecimpung di dunia perbankan dan melek investasi yang membuatku bersemangat mengikuti seminar ini. Oke, duitku nggak sebanyak dulu, bahkan sebagian sudah habis dan dialokasikan untuk investasi pendidikan pasca sarjanaku. *oke, doakan beasiswa tembus. Aamiin. Tapi aku optimis masa gemilang pasti datang lagi, jadi aku kudu persiapan dong kalau punya duit nganggur. Haha, sudahlah, curcolnya jangan kepanjangan.
Seminar kali ini menghadirkan pembicara direktur dan juga research analyst dari CIMB Principal Asset Management.
Apa sih CIMB Principal? Apa hubungannya sama CIMB Niaga?
CIMB Principal adalah perusahaan investasi joinan dari CIMB Group dan Principal Asset Management. Jadi memang masih satu naungan di Bank CIMB Niaga, tapi beda banget ini. Produk CIMB Principal Asset bukan produk tabungan seperti CIMB Niaga, tetapi produk investasi dalam bentuk reksadana.
Penjelasan mengenai pasar modal dan apa kaitannya dengan reksadana akan dibahas oleh Pak Triwira selaku research analyst CIMB Principal Asset Management.
Investasi adalah hal yang mutlak diperlukan untuk memproduktifkan dana yang kita miliki. Kita dapat berinvestasi di sektor real (membuka warung bakso, jualan dll), sektor non profit (seperti LSM), atau di sektor finansial(obligasi, saham, pasar uang, dll)
Dalam membuka sebuah perusahaan(sektor real), tentu perusahaan memerlukan dana. Dana ini bisa berasal dari internal dan eksternal. Dana internal berasal dari keuntungan perusahaan, sedangkan dana eksternal bisa berasal dari kredit berupa obligasi dan pasar uang atau penjualan surat berharga/saham.
Nah, sumber dana perusahaan berupa hutang ini dari siapa? Ya dari mana lagi kalau bukan dari kita yang menginvestasikan dananya. Dana ini akan digunakan untuk pengembangan usaha perusahaan tersebut. Dengan berkembangnya usaha dan omzet meningkat, tentu kita yang berinvestasi akan terkena imbasnya, dana kita akan berkembang lebih cepat dibanding disimpan di tabungan.
Adanya kebutuhan dana pada perusahaan dan kelebihan dana di masyarakat menciptakan pasar baru, yaitu pasar modal. Seperti definisi pasar, yaitu bertemunya penjual dan pembeli, maka pasar modal adalah tempat bertemunya perusahaan sebagai penjual dan pemilik dana sebagai pembeli.
Apa saja sih yang dijual? Yang dijual bisa berupa saham, obligasi, dan pasar uang seperti yang dijelaskan tadi.
Lalu, apa bedanya produk-produk itu?
1. Saham.
Saham adalah surat berharga yang diterbitkan perusahaan. Kepemilikan saham secara sederhana dapat dianalogikan sebagai pembelian tanah untuk usaha. Setiap tahun akan ada keuntungan perusahaan yang dibagi kepada pemilik saham. Surat kepemilikan saham ini pun ada harganya bila dijual kembali. Resiko kepemilikan saham cukup besar bila tidak jeli memilih perusahaan yang menjual saham. Bila perusahaan merugi, jangankan mendapat pembagian keuntungan, surat berharganya pun harganya pasti jatuh.
Kepemilikan saham bisa dengan right, waran, dan opsi. Perbedaan ketiganya dengan saham adalah masalah waktu kepemilikan, harga, dan kesepakatan penjualan kembali surat berharga(saham)
2. Obligasi
Obligasi berarti surat utang. Artinya perusahaan akan berhutang kepada pemilik dana. Umumnya ada tenggat waktu untuk obligasi. Pada tenggat waktu tertentu itu dana akan dikembalikan seluruhnya dengan ditambahkan sejumlah pembagian keuntungan sesuai perjanjian. Obligasi ini mirip dengan saham, karena pada intinya perusahaan 'berhutang' pada pemilik dana. Bedanya, obligasi biasanya akan diuangkan kembali dalam jangka waktu yang pendek, sedangkan saham dapat diuangkan kembali dalam jangka waktu yang panjang, bahkan dana dapat diinvestasikan selamanya di perusahaan.
Tingkat resiko obligasi lebih rendah daripada saham. Oleh karena itu hasil yang diperoleh dari obligasi juga lebih rendah dibanding saham.
3. Reksadana
Saham dan obligasi adalah produk pasar modal dengan nominal yang besar. Tidak semua orang bisa memilikinya. Oleh karena itu, timbullah produk pasar modal bernama reksa dana. Reksa dana biasanya dikelola oleh perusahaan asset management seperti Principal Asset Management ini.
Dalam reksadana, kita bisa memilih produk saham atau obligasi yang kita inginkan. Proporsinya diatur sesuai budget dan tujuan investasi. Bila jangka pendek, maka disarankan produk pasar uang dan obligasi, bila jangka panjang lebih baik memilih saham, sedangkan bila jangka menengah, maka bisa campur antara obligasi, saham, dan pasar uang.
Reksadana sangat cocok untuk mereka yang ingin berpartisipasi di pasar modal namun dana dan pengetahuan tentang pasar modalnya minim. Sebab, bila tanpa pengetahuan yang cukup, dana yang dikeluarkan bisa saja hilang. Mengikuti pergerakan saham harus intensif dan fokus. Ada sertifikasi khusus untuk melakukan ini, yaitu CFA(Certificate Financial Analyst) dan CFP (Certificate Financial Planner). Biaya pendidikan untuk mendapatkan sertifikat itu juga nggak murah. Jadi, daripada zonk, mending manfaatin produk reksadana ini untuk investasi.
Oh ya, mekanisme reksadana adalah sebagai berikut. Jadi, manajer investasi akan mengumpulkan dana investasi dari nasabah reksadana. pencatatan investasi ini dilakukan oleh Biro Administrasi Efek. Sebelum dana diinvestasikan, dana akan dititipkan di Bank Kustodian. Setelah diinvestasikan, pemegang efek/dana atau yang berhutang akan diwakili oleh Wali Amanat. Nah, bila kita ingin membeli reksadana di bursa efek secara independen akan ada penasihat investasi yang memberi saran mengenai efek yang layak dibeli atau perlu dijual. Lalu ada lembaga swasta berupa pemeringkat efek yang memperingkat efek berupa hutang. Pihak yang membeli efek disebut emiten.
Pengembangan produk reksadana ada yang disebut ETF. Dimana produk reksadana(yang dapat berupa campuran saham, obligasi, dll) ini dijual kembali di bursa efek. Bursa efek ini kan ibarat 'pasar' nya.
Namun, seberapa aman sih pasar modal ini?
Ditegaskan Pak Wira bahwa iklim investasi di Indonesia sangat kondusif. Apalagi ada pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di bawah Menteri Keuangan. OJK ini mengawasi seluruh kegiatan pasar modal. Jadi seharusnya resiko surat berharga fiktif dapat diminimalkan.
Peluang besar dalam pasar modal. Investasi dalam bentuk reksadana.
Pertumbuhan penduduk terutama fenomena 'bonus demografi' masih akan berlanjut, bahkan sampai 2036. Pelanggan mobile data mencapai 250 juta. Namun, hanya 0.07% dari penduduk Indonesia yang tercatat memiliki reksadana.
Tips memilih saham
Menurut Cholid Baidowi, memilih saham ibarat memilih buah di pasar. Ada dua analisa yang harus dilakukan.
1. Analisa fundamental. Caranya, carilah perusahaan yang mempunyai earning bagus, konsisten, dan undervalued. Hal ini tergambar dari Price Earning(PE) ratio nya.
2. Analisa Technical. Caranya dengan melihat pergerakan harga saham di masa lalu. Memang kinerja saat ini tidak mencerminkan kinerja masa lalu, tapi dapat dijadikan salah satu pertimbangan.
Masih menurut Pak Cholid, sektor bisnis di Indonesia yang paling menarik adalah sektor yang masih tertinggal, antara lain sektor konstruksi/infrastruktur, electricity, dan energi terbarukan.
Oke. Sekian rangkuman dari seminar kali ini. Setelah tahu sedikit tentang seluk beluknya ini, aku jadi lumayan yakin berinvestasi di reksadana. Memang sih, reksadana tetap jadi pilihan kesekian bila sektor riil sudah dicoba terlebih dahulu. Termasuk investasi dana untuk kuliahku sekarang. Haha..
Mengenal Pasar Modal dan Peluang Karirnya.
Pertama kali mendaftar seminar ini mata langsung ijo aja. Membayangkan kerennya ngomongin masalah moneter begini. Sejujurnya punya teman yang berkecimpung di dunia perbankan dan melek investasi yang membuatku bersemangat mengikuti seminar ini. Oke, duitku nggak sebanyak dulu, bahkan sebagian sudah habis dan dialokasikan untuk investasi pendidikan pasca sarjanaku. *oke, doakan beasiswa tembus. Aamiin. Tapi aku optimis masa gemilang pasti datang lagi, jadi aku kudu persiapan dong kalau punya duit nganggur. Haha, sudahlah, curcolnya jangan kepanjangan.
Seminar kali ini menghadirkan pembicara direktur dan juga research analyst dari CIMB Principal Asset Management.
Apa sih CIMB Principal? Apa hubungannya sama CIMB Niaga?
CIMB Principal adalah perusahaan investasi joinan dari CIMB Group dan Principal Asset Management. Jadi memang masih satu naungan di Bank CIMB Niaga, tapi beda banget ini. Produk CIMB Principal Asset bukan produk tabungan seperti CIMB Niaga, tetapi produk investasi dalam bentuk reksadana.
Penjelasan mengenai pasar modal dan apa kaitannya dengan reksadana akan dibahas oleh Pak Triwira selaku research analyst CIMB Principal Asset Management.
Investasi adalah hal yang mutlak diperlukan untuk memproduktifkan dana yang kita miliki. Kita dapat berinvestasi di sektor real (membuka warung bakso, jualan dll), sektor non profit (seperti LSM), atau di sektor finansial(obligasi, saham, pasar uang, dll)
Nah, sumber dana perusahaan berupa hutang ini dari siapa? Ya dari mana lagi kalau bukan dari kita yang menginvestasikan dananya. Dana ini akan digunakan untuk pengembangan usaha perusahaan tersebut. Dengan berkembangnya usaha dan omzet meningkat, tentu kita yang berinvestasi akan terkena imbasnya, dana kita akan berkembang lebih cepat dibanding disimpan di tabungan.
Adanya kebutuhan dana pada perusahaan dan kelebihan dana di masyarakat menciptakan pasar baru, yaitu pasar modal. Seperti definisi pasar, yaitu bertemunya penjual dan pembeli, maka pasar modal adalah tempat bertemunya perusahaan sebagai penjual dan pemilik dana sebagai pembeli.
Apa saja sih yang dijual? Yang dijual bisa berupa saham, obligasi, dan pasar uang seperti yang dijelaskan tadi.
Lalu, apa bedanya produk-produk itu?
Macam-macam produk pasar modal |
1. Saham.
Saham adalah surat berharga yang diterbitkan perusahaan. Kepemilikan saham secara sederhana dapat dianalogikan sebagai pembelian tanah untuk usaha. Setiap tahun akan ada keuntungan perusahaan yang dibagi kepada pemilik saham. Surat kepemilikan saham ini pun ada harganya bila dijual kembali. Resiko kepemilikan saham cukup besar bila tidak jeli memilih perusahaan yang menjual saham. Bila perusahaan merugi, jangankan mendapat pembagian keuntungan, surat berharganya pun harganya pasti jatuh.
Kepemilikan saham bisa dengan right, waran, dan opsi. Perbedaan ketiganya dengan saham adalah masalah waktu kepemilikan, harga, dan kesepakatan penjualan kembali surat berharga(saham)
2. Obligasi
Obligasi berarti surat utang. Artinya perusahaan akan berhutang kepada pemilik dana. Umumnya ada tenggat waktu untuk obligasi. Pada tenggat waktu tertentu itu dana akan dikembalikan seluruhnya dengan ditambahkan sejumlah pembagian keuntungan sesuai perjanjian. Obligasi ini mirip dengan saham, karena pada intinya perusahaan 'berhutang' pada pemilik dana. Bedanya, obligasi biasanya akan diuangkan kembali dalam jangka waktu yang pendek, sedangkan saham dapat diuangkan kembali dalam jangka waktu yang panjang, bahkan dana dapat diinvestasikan selamanya di perusahaan.
Tingkat resiko obligasi lebih rendah daripada saham. Oleh karena itu hasil yang diperoleh dari obligasi juga lebih rendah dibanding saham.
3. Reksadana
Saham dan obligasi adalah produk pasar modal dengan nominal yang besar. Tidak semua orang bisa memilikinya. Oleh karena itu, timbullah produk pasar modal bernama reksa dana. Reksa dana biasanya dikelola oleh perusahaan asset management seperti Principal Asset Management ini.
Dalam reksadana, kita bisa memilih produk saham atau obligasi yang kita inginkan. Proporsinya diatur sesuai budget dan tujuan investasi. Bila jangka pendek, maka disarankan produk pasar uang dan obligasi, bila jangka panjang lebih baik memilih saham, sedangkan bila jangka menengah, maka bisa campur antara obligasi, saham, dan pasar uang.
Reksadana sangat cocok untuk mereka yang ingin berpartisipasi di pasar modal namun dana dan pengetahuan tentang pasar modalnya minim. Sebab, bila tanpa pengetahuan yang cukup, dana yang dikeluarkan bisa saja hilang. Mengikuti pergerakan saham harus intensif dan fokus. Ada sertifikasi khusus untuk melakukan ini, yaitu CFA(Certificate Financial Analyst) dan CFP (Certificate Financial Planner). Biaya pendidikan untuk mendapatkan sertifikat itu juga nggak murah. Jadi, daripada zonk, mending manfaatin produk reksadana ini untuk investasi.
Oh ya, mekanisme reksadana adalah sebagai berikut. Jadi, manajer investasi akan mengumpulkan dana investasi dari nasabah reksadana. pencatatan investasi ini dilakukan oleh Biro Administrasi Efek. Sebelum dana diinvestasikan, dana akan dititipkan di Bank Kustodian. Setelah diinvestasikan, pemegang efek/dana atau yang berhutang akan diwakili oleh Wali Amanat. Nah, bila kita ingin membeli reksadana di bursa efek secara independen akan ada penasihat investasi yang memberi saran mengenai efek yang layak dibeli atau perlu dijual. Lalu ada lembaga swasta berupa pemeringkat efek yang memperingkat efek berupa hutang. Pihak yang membeli efek disebut emiten.
Pengembangan produk reksadana ada yang disebut ETF. Dimana produk reksadana(yang dapat berupa campuran saham, obligasi, dll) ini dijual kembali di bursa efek. Bursa efek ini kan ibarat 'pasar' nya.
Namun, seberapa aman sih pasar modal ini?
Ditegaskan Pak Wira bahwa iklim investasi di Indonesia sangat kondusif. Apalagi ada pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di bawah Menteri Keuangan. OJK ini mengawasi seluruh kegiatan pasar modal. Jadi seharusnya resiko surat berharga fiktif dapat diminimalkan.
Semua kegiatan pasar modal diawasi OJK |
Pertumbuhan penduduk terutama fenomena 'bonus demografi' masih akan berlanjut, bahkan sampai 2036. Pelanggan mobile data mencapai 250 juta. Namun, hanya 0.07% dari penduduk Indonesia yang tercatat memiliki reksadana.
Menurut Cholid Baidowi, memilih saham ibarat memilih buah di pasar. Ada dua analisa yang harus dilakukan.
1. Analisa fundamental. Caranya, carilah perusahaan yang mempunyai earning bagus, konsisten, dan undervalued. Hal ini tergambar dari Price Earning(PE) ratio nya.
2. Analisa Technical. Caranya dengan melihat pergerakan harga saham di masa lalu. Memang kinerja saat ini tidak mencerminkan kinerja masa lalu, tapi dapat dijadikan salah satu pertimbangan.
Masih menurut Pak Cholid, sektor bisnis di Indonesia yang paling menarik adalah sektor yang masih tertinggal, antara lain sektor konstruksi/infrastruktur, electricity, dan energi terbarukan.
Oke. Sekian rangkuman dari seminar kali ini. Setelah tahu sedikit tentang seluk beluknya ini, aku jadi lumayan yakin berinvestasi di reksadana. Memang sih, reksadana tetap jadi pilihan kesekian bila sektor riil sudah dicoba terlebih dahulu. Termasuk investasi dana untuk kuliahku sekarang. Haha..
Narsis seusai acara |
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...