Webinar tentang Homeschooling(HS) usia dini ini sangat kunanti-nantikan. Aku sendiri selama trial session sampai webinar pertama yang sepertinya gagal, hanya menikmati lewat rekaman. Alhamdulillah akhirnya dijadwalkan ulang. Tapi, lagi-lagi aku menikmati rekamannya saja. Aku kesulitan ikut langsung karena jam itu Faris anakku masih ingin bermain denganku. Lagipula, aku kesulitan berkonsentrasi belajar bila disambi menemani bermain.
Ada cerita seru di balik webinar sesi pertama ini. Dua hari sebelum mengikuti webinar aku mengajukan pengunduran diri dari tempatku bekerja. Saat itu memang aku sudah jenuh dengan pekerjaan dan aku ingin konsentrasi menulis dan mengasuh Faris. Tetapi, suami malah menyarankan untuk sekolah lagi. Berhubung aku tinggal di perkebunan dan jauh dari kota, suami lalu menyarankan untukku pindah ke Jogja bersama Faris. Beliau sudah siap untuk hubungan jarak jauh sementara waktu katanya.
Wah, saatnya meninggalkan zona nyaman nih. Semula, aku menjadwalkan waktu belajar pada dini hari menjelang subuh. Saat itu pikiran tenang dan materi pelajaran gampang masuk. Selain ikut webinar, aku juga mengikuti beberapa kursus online di coursera. Pokoknya, sebelum meng-homeschooling-kan anak, ibunya harus merasakan dulu, belajar mandiri itu seperti apa rasanya?
Jadwal belajarku berubah minggu ini. Tepatnya, hilang. Karena minggu ini aku benar-benar disibukkan dengan packing dan mempersiapkan perpisahan. Pagi hari sudah harus mencicil mengepak barang yang lumayan banyak. Mensortir mana yang perlu dibawa, bisa diwariskan ke tetangga, atau sudah harus dibuang. Pokoknya semua persiapan pindahan harus sudah siap kurang dari seminggu. Sabtu itu juga, aku sudah harus boyongan ke Jogja bersama Faris.
Tapi, Alhamdulillah aku masih sempat mengikuti webinar ini di hari Jumat. Untungnya aku biasa ikut webinar ibu profesional, jadi selama rekaman di wiziqnya betul, Insya Allah aku bisa mengikuti.
Aku menyimak webinar sembari melipat baju. Mudah-mudahan ilmunya bisa nyangkut deh walau kali ini harus disambi. Sesekali aku menulis rangkuman penting dari webinar ini. Sudah jadi kebiasaanku untuk mencatat hal penting dari webinar ataupun kuliah online. Aku berusaha seprofesional mungkin, seperti sedang kuliah di kelas ataupun seminar offline. Apalagi webinar ini nggak gratis, walaupun investasinya terjangkau juga sih. Hehe.
Teknis Pelaksanaan yang Profesional
Mengenai webinar, aku ingin membahas dari sisi teknis pelaksanaan dan materi webinar.
Pertama, tentang teknis pelaksanaan. Jujur, aku sangat puas dengan pelayanan rumah inspirasi. Peserta benar-benar dipandu untuk bisa mengikuti webinar dengan lancar. Materi yang diberikan juga sangat beragam. Untuk harga 35 ribu per pertemuan atau 120 ribu untuk empat pertemuan (belum potongan 20 ribu untuk pembayaran di awal/early bid), rasanya itu sangat murah. Pelayanan terhadap pertanyaan dan keluhan peserta juga lumayan cepat. Pernah saat email berisi alamat materi webinar yang bisa di download gagal kubuka. Aku langsung kirim keluhan ke support(at)rumahinspirasi(dot)com. Alhamdulillah, nggak sampai satu jam keluhanku ditanggapi dan diberi alamat tautan yang baru. Mba Lala sama Mas Aar memang keren banget nih per-IT-annya. Hehe
Ulasan Tentang Materi Webinar HS Usia Dini
Nah, ini pasti yang ditunggu-tunggu. Apalagi kalau bukan review tentang isi materi webinar. Yah, buat mereka yang tidak seberuntung aku bisa menikmati webinar ini, atau platformnya belum compatibel sama Wiziq. Ini aku bikin sedikit rangkuman tentang isi materi webinar.
Materi webinar HS usia dini di sesi pertama ini ibarat pengantar mengenai HS usia dini dan definisi HS itu sendiri. HS saat ini telah mengalami pergeseran arti. Masyarakat menganggap HS adalah lembaga pendidikan, yang mirisnya sekarang dikomersilkan. Padahal, esensi HS sendiri adalah pendidikan keluarga. Orang tua bertanggung jawab sepenuhnya pada pendidikan anak dan bukan menyerahkan pendidikan anak kepada suatu lembaga.
Aku pribadi, penasaran dengan HS usia dini, tapi sejujurnya aku belum berencana full HS nantinya. Namun beberapa teman sudah skeptis saat aku bilang ikut webinar tentang HS.
"Wah Faris nanti mau HS? Nanti sosialisasinya susah lho."
Wah, baru ikut webinar saja sudah dapat tanggapan negatif. Padahal menurutku, setiap orang tua harusnya memang membekali diri dengan berbagai ilmu parenting. Nah, salah satunya ya ilmu HS usia dini ini.
Sebab, sejatinya usia dini hendaknya dihabiskan bersama keluarga.
Lebih baik terlambat daripada terlalu cepat. Jangan renggut kebersamaan dengan anak terlalu cepat. Tunggu sampai anak siap..
"Tugas pertama seorang ibu adalah menjamin anak-anaknya memperoleh waktu bertumbuh dengan tenang, hidup enam tahun penuh untuk menyerap segala sesuatu tanpa tuntutan (passive receptive life)"- Charlotte Mason
Apalagi, menurut perundang-undangan, syarat masuk SD hanya dari umur. Jadi, seharusnya tidak mengikuti lembaga TK pun tak mengapa.
UU Sisdiknas no. 20/2003 pasal 28 (penjelasan):
"Pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyaratuntuk mengikuti pendidikan dasar."
PP no 17/2010 pasal 69 ayat 5:
" Penerimaan peserta didik kelas 1(satu) SD/MI atau bentuk lain yang sederajat tidak didasarkan pada hasil tes kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, atau bentuk tes lain."
Memang, menjalankan HS, apalagi dengan beragam keterbatasan orang tua, seperti tidak percaya diri, tidak punya waktu, dan merasa kurang bisa meneksplor kemampuan anak, akhirnya orang tua menyerahkan pendidikan kepada orang lain. Yah, itu nggak salah. Tetapi paling tidak bekali diri.
"Secara umum, guru terbaik atau pengasuh tidak dapat menyamai orangtua bahkan dengan pendidikan dan pengalaman yang biasa-biasa saja"-Dr Raymond Moore
Jadi, masih takut untuk memulai HS usia dini? Nggak perlu buru-buru memasukkan anak ke playgroup. Nggak perlu berlomba-lomba mengajarkan anak baca-tulis-hitung ataupun beragam bahasa. Santai saja, setiap anak sudah dibekali dengan kecerdasan masing-masing.
Penerapan HS Usia Dini pada Faris (2tahun)
Aku sendiri tidak pernah mentarget mengenai perkembangan Faris. Tetapi, justru perkembangan Faris cukup pesat menurutku. Di usia yang baru dua tahun, dia sudah menunjukkan passion yang tinggi pada alat transportasi. Walaupun usia segitu masih belum bisa dipastikan minat sebenarnya, tetapi sebagai orang tua, aku bisa memanfaatkan ini sebagai sarana belajar. Materi berhitung jumlah bus di terminal, jumlah lampu pada bus, ataupun menyebutkan warna-warna kendaraan, walaupun sederhana tapi sangat mudah diikuti Faris.
Materi webinar sesi pertama ini juga disertai dengan flash card. Tetapi, sampai sekarang flash card belum digunakan maksimal. Faris lebih suka menyebut benda langsung daripada lewat gambar. Dia juga kurang suka menggambar, kalau diberi spidol malah buat gangguin ibunya daripada buat menggambar. Yah, baru dua tahun, sepertinya memang belum menunjukkan minat pada baca-tulis, yang penting hepi-hepi deh. Yang penting Faris mendapat rasa nyaman dan aman dulu. Seperti pesan Mas Aar dan Mba Lala di webinar:
"Otak bayi tak dapat belajar sampai dia merasa aman"
to be continued to sesi 2...
15.3.14
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
sekarang di indonesia susah banget mau masuk SD ya. gurunya kadang gak mau nerima kalau gak bisa baca ya mau ga mau harus masuk TK kalau ibunya gak bisa ngajarin baca :D
BalasHapustapi webinaar keren
kalo di jogja masih pake batasan umur aja Mb. Ya, tapi siap2 diskriminasi aja kalo ga bisa baca. Hua. Hua. Masih 3 tahun lagi. hehe
BalasHapus