“Bijaklah pada sampah
organik terutama limbah sisa makanan, sebab emisi gas makanan mengandung
metana, menyumbang pembentukan emisi gas rumah kaca 23 kali lebih kuat daripada
CO2(gas buang pada respirasi, pembakaran)”
Alhamdulillah dulu orang tuaku mendidikku untuk selalu
menghabiskan makanan. Sedari kecil aku juga dilatih untuk mengambil makanan
seperlunya. Bahkan ketika SMU, makan
siang disediakan sekolah, dan peraturan di kantinnya, kami tidak boleh
menyisakan makanan.
Masalah makan harus habis memang terdengar sepele, tapi
ternyata berdampak besar loh. Kemaren aku ikut kuliah online Stanford
University di cousera, dan ada pemaparan tentang emisi gas yang dihasilkan oleh
makanan sisa. Wow, untuk kategori daging-dagingan, emisinya paling besar(sekitar
27 emisi gas per kilogram daging). Yang paling kecil dari tumbuh-tumbuhan(tidak
sampai 10 emisi gas per kilogram bahan). Tapi mau besar ataupun kecil, artinya
kita harus memanfaatkan makanan sebaik-baiknya.
Sangat miris membaca bahwa sepertiga makanan yang dikonsumsi
penduduk di dunia terbuang sia-sia. Kalo dikonversi sekitar 1.3 miliar ton.
Yah, walaupun bisa diolah menjadi pupuk organik, masak iya sebanyak itu mau
dibuang begitu saja? Sementara masih banyak penduduk dunia yang kelaparan?
Ada banyak cara untuk mengurangi limbah organik. Walaupun
hanya berkontribusi sedikit, setidaknya ada sesuatu hal yang bisa kita lakukan
untuk bumi yang lebih bersih dan indah.
1. Memasak dan
mengambil makanan sesuai porsinya.
Kadang, mumpung murah atau dengan alasan mumpung belanja,
kita menjadi maruk dan menimbun makanan. Ujung-ujungnya sebelum habis, makanan
keburu basi. Aduh, sayang banget kan? Pas dibuang juga, baunya aduhai sekali.
2. Memelihara hewan
untuk menghabiskan makanan sisa.
Aku pribadi kadang suka membuang sayur dan nasi. Kadang
karena ga sempat makan di rumah dan lupa memanaskan, sayur dan nasi itu keburu
basi. Tapi, sayang juga mau dibuang begitu saja. Akhirnya kita sekeluarga
membuat kolam berisi berbagai jenis ikan seperti gurameh, patin, nila, dll. Selain
bisa menjadi hiburan dan untuk stok 'ikan segar', ikan-ikan ini juga bisa
menjadi penampung makanan sisa kami. Tidak ada makanan sisa yang terbuang, jadi
tidak merasa 'bersalah' lagi saat terpaksa membuang makanan.
Nah, kalo untuk daging-dagingan seperti sisa tulang ayam
ataupun ikan (kami jarang makan daging merah), biasanya kami serahkan ke kucing
tetangga yang siap 'menampung' tulang-tulangan itu.
Oh ya, dulu bapak kosku pelihara bebek sama kelinci. Si
bebek sama kelinci mau tuh makan nasi dan sayur sisa.
3. Berbagi makanan.
Ini nih pentingnya pinter masak. Biar bisa berbagi makanan
yang gak habis. Apalagi kadang pas panen hasil bumi berlimpah. Kalau pinter
ngolah, dijamin semua makanan mendarat sempurna di perut masing-masing. Ga ada
pangan yang terbuang deh. Hehe
*sementara aku ngimpi dulu
Pesan berbagi makanan bahkan disampaikan oleh FAO dalam
laporan "Jejak Limbah Makanan" .
“Konsumen di negara
maju harus didorong untuk menyajikan makanan dalam porsi kecil dan lebih banyak
memanfaatkan sisa makanan. Kalangan bisnis disarankan memberikan kelebihan
makanan untuk amal, dan mencari alternatif ketimbang sekadar membuang
limbah organik di tempat sampah.”
4. Pilihlah Pangan Lokal.
Memilih pangan lokal selain membantu perekonomian
masyarakat, makanan lebih segar, tetapi juga membantu mengurangi emisi gas.
Lah, kalau kita si penduduk lokal menyerbu semua hasil bumi lokal, maka produk
lokal tidak perlu dikirim ke luar daerah. Lebih sedikit juga emisi gas yang
disebabkan oleh respirasi(CO2) si hasil bumi ini.
5. Mengurangi Impor Pangan
Nah, berhubungan dengan mengkonsumsi pangan lokal.
Mengurangi permintaan akan pangan impor juga akan mengurangi emisi gas dari
residu respirasi(CO2) pangan yang diimpor. Lagipula, pengemasan
secanggih apapun juga tidak menghindarkan kita dari kerusakan pangan selama di
perjalanan. Dengan mengurangi impor, maka akan mengurangi kemungkinan membeli
pangan rusak.
Baca keseruan lain seputar Food Technology. Plis klik: I'm proud to be food technologist!
Simak juga resume kuliah online yang pernah kuikuti: Kuliah Online
Baca keseruan lain seputar Food Technology. Plis klik: I'm proud to be food technologist!
Simak juga resume kuliah online yang pernah kuikuti: Kuliah Online
Kucingku juga suka kukasih susu sisa anakku atau nasi sisa kutambahin ikan pindang.
BalasHapusSaya sudah melihara ayam di rumah. Sisa makanan dikasih ke mereka. Tapi kalau duri-duri ikan atau sayuran yang gak habis atau kerak-kerak nasi masih terbuang juga. Takutnya ngotorin halaman kalau dikasih ke ayam tp ayamnya gak mau. Tfs yaa..
BalasHapusMungkin harus ditambah buat kolam ikan terus pelihara ikan patin n dikasih makan nasi sisa. Kalo duri ikan harusnya bisa ke kucing, tp kucing sekarang banyak yg gak doyan duri ikan je..hehe
HapusMemasak sendiri juga for better helathy juga ya Mbak. Hemat BBM krn gak perlu keliling utk cari-cari variasi menu makanan, artinya for better world juga krn mengurangi pencemaran udara
BalasHapusyang poin kedua itu yang belum mak..
BalasHapusAkuuuu... klo ada sisa makanan dikasih ke ayamnya shoji rey xixixixi
BalasHapus