"Nina, tadi Evan telepon. Katanya malam ini aku diajak
nemenin dia ke acara pertemuan di klub gitu. Ya ampun, mimpi apa aku? Pakai
baju apa aku nanti malam ya?"
Mika bersorak girang. Sudah lama dia menyukai Evan. Tapi
pengusaha muda ini selalu cool dan sibuk dengan laptopnya.
**
Berawal dari suatu siang. Mika baru saja diterima kerja part
time di kafe. Saat itu, Mika selalu memperhatikan seorang cowok yang selalu
datang sendiri dan berlama-lama di kafe. Ga tanggung-tanggung, bisa seharian,
dari kafe buka sampai Mika over shift,
tu cowok ga juga beranjak. Semakin diperhatikan, cowok ini semakin tampan. Mika lalu mencoba berbagai cara untuk sekedar
bisa berbincang dengan Evan. Setiap kali Evan mengunjungi kafe tempat Mika
bekerja, selalu Mika yang melayani pesanannya. Ah, tapi Evan tak pernah
memperhatikan Mika. Matanya selalu tertuju pada laptop. Entah apa asyiknya
memandangi rangkaian kata dan angka di layar laptop itu.
Suatu waktu, Mika iseng mencari akun facebook Evan. Ternyata
langsung ketemu, karena Evan memakai nama facebook sama persis dengan nama yang
tertera di credit card yang biasa digunakan membayar tagihan kafe.
Berawal dari situ, Mika ngajak chatting. Ternyata Evan
lumayan asyik di dunia maya. Tiba-tiba, Evan mengajak Mika untuk menemaninya ke
sebuah acara. Yah, sekalian kopdar kata Evan. Padahal ya kalau mau ketemu
tinggal datang ke kafe aja. Ya gak sih. Yah, namanya pengusaha muda nan tampan,
suka-suka dia mau ketemuan dimana. Wong gratisan ini, pikir Mika.
Mika langsung mengajak Nina memilih baju. Berbekal beberapa
model cewek yang ada di fotonya Evan, Mika dan Nina sepakat kalau Evan suka
cewek seksi. Jadilah Mika malam ini akan memakai kemben super seksi dengan rok
yang cukup mini. Tak lupa Mika pakai sepatu high heels 12 cm. Cantik sih, tapi
sebenarnya Mika tidak nyaman.
"Ah biarlah, beauty is pain." Ujar Mika tak ingin
mengeluh.
Evan sudah menunggu di samping mobil sedan mewahnya. Dia
sempat terpana melihat Mika. Seperti tidak menyangka melihat bidadari surga.
Yes! Seru Mika dalam hati.
Di sepanjang jalan mereka bercakap akrab.
"Aih, nyesel gue kalo ke kafe mantengin laptop melulu,
jadi ga tau ada cewek secantik lo."
"Yah, yang penting sekarang udah tau kan." Senyum
Mika mengembang dibilang cantik
Mobil melaju ke arah kota dan sampailah di tempat yang
dimaksud.
Rupanya Evan akan menghadiri sebuah seminar kewirausahaan.
Waduh, bete ga ya Mika?
Yah, jelas banget Mika bete. Tapi Mika tetap kelihatan asyik
di sebelah Evan. Mika terus bersandiwara seolah menikmati seminar. Sebenarnya
seminarnya lumayan bagus, karena Mika juga suka tentang kewirausahaan gitu, tapi
Mika kelaparan. Gara-gara sibuk nyiapin pakaian dan dandan maksimal, akhirnya
Mika malah lupa makan.
Jam menunjukkan jam 10 malam. Acara seminar baru selesai.
Mika masih harus bersandiwara dihadapan rekan-rekan Evan. Untunglah Mika bisa
menahan mualnya perut dan cenut-cenutnya masuk angin. Badan Mika mulai
gemetaran, tapi dia sok cool aja.
"Eh, tangan lo kok dingin banget?" Tanya Evan saat
menggandeng Mika menuju parkiran mobil.
"Hehe..gak papa kok" Mika masih meringis-meringis.
Padahal mualnya sudah diujung mulut. Harus segera dimuntahkan, tapi, dia kan
harus jaim di depan Evan.
Akhirnya Mika gak tahan dan langsung berlari ke salah satu
pohon dan muntah sejadi-jadinya.
Ah, biarin dibilang jorok, daripada harus menahan muntah
lebih lama. Pikir Mika dalam hati.
Tiba-tiba Evan dari arah belakang mengulurkan jas yang
dipakainya untuk dipakai Mika. Tak lupa menawarkan minyak angin untuk Mika.
"Yaelah, lu dari tadi nahan muntah to? Pantesan
senyum-senyum ga jelas gitu." Seru Evan setengah mengejek.
"Iya nih, gue kayaknya masuk angin, maaf yah."
Mika malu banget. Image-nya pasti turun gara-gara muntah.
"Ya, lu kayak ga pernah ikut acara sampe malam
aja."
"Iya, memang ga pernah, kecuali kebagian shift malam di
kafe."
"Ow, pantesan. Di kafe juga kan pakaiannya ga gitu. Jadi gak masuk angin lah"
Evan menunjuk ke baju Mika yang mini dan seksi itu. Mika
jadi pingin nangis. Kayaknya memang dia gak boleh maksain penampilan yang bukan
dirinya sendiri.
"Ya udah yuk, cari makan dulu. Asem banget tu seminar
ga ngasih kita makan."
Waw, akhirnya. Lanjut dinner sama Evan, pasti romantis nih.
Ternyata tempat makan pilihan Evan sama sekali ga romantis!
Ternyata walau pengusaha sukses doi sukanya makan di angkringan. Tapi Mika ga
masalah, soalnya dia juga malas makan di tempat mahal tapi gak bisa kenyang.
Yah, Mika udah kapok berpura-pura. Jadi berhubung Mika belum makan dari siang,
maka Mika balas dendam di angkringan. Temaram lampu di sekeliling angkringan
justru terasa sangat romantis.
"Gile. Lu cewek apa kebo, makan lu lebih banyak dari
gue!" Seru Evan.
"Haduh, dah laper banget dari siang belum makan."
Jawab Mika polos.
"Ngapain siang ga makan?nyiapin buat ketemu gue malam
ini ya?" Tanya Evan sok pede.
"Aih, mau tau aja apa mau tau banget?" Tanya Mika.
Sebenarnya malu dia kalo harus jujur.
"Bangeet!" Jawab Evan.
"Iya.." ujar Mika pelan, kali ini dia menunduk.
Malu, tapi juga ga mau bohong.
"Aih, emangnya lu naksir gue ya?makanya sok-sok ngajak
kenalan di facebook?" Evan malah semakin bersemangat mencecar pertanyaan.
"Iya." Kali ini suara Mika terdengar makin lirih.
Mukanya memerah. Malu. Pasti sekarang Evan mikir dia cewe agresif.
Suasana tiba-tiba sunyi. Mereka tidak saling melanjutkan
omongan. Evan ga enak mau ngajak ngomong lagi, soalnya Mika jadi tertunduk
terus. Akhirnya Evan mengantarkan Mika pulang.
"Makasih ya." Kata Mika pelan. Dikembalikan jas
Evan yang sedari tadi dipakainya. Ia langsung berlari pergi. Ia ingin cepat
sampai di kasur dan tidur. Rasa meriang karena masuk angin membuatnya ingin
cepat rebahan di kasur.Selain itu, dia juga merasa malu menatap Evan karena
sudah jujur menjawab pertanyaan Evan tadi.
Dari dalam mobil, Evan melihat Mika berlalu. Mulai malam
itu, Evan tidak berhenti memikirkan Mika.
***
Siang itu, Evan datang ke kafe. Kali ini dia tidak langsung
terpaku di laptop. Melainkan mengarahkan pandangan dahulu ke sekeliling kafe.
Dia sangat ingin bertemu Mika. Sangat ingin.
Dua hari sudah berlalu, tapi Mika belum juga tampak kembali.
Evan jadi gregetan. Akhirnya Evan melayangkan pesan ke Mika.
"Eh, lu masih marah ya sama gue kemarin? Gue lagi di
kafe, dua hari ini nyariin lu gak ada."
Sent.
Semenit. Seperempat jam. Setengah jam. Evan masih menunggu
jawaban Mika sembari berkutat dengan laporan keuangan.
New message.
"Ah, pasti dari Mika!" Pikir Evan.
"Marah? Marah kenapa? Gue istirahat dua hari ini, masih
meriang gara-gara masuk angin kemaren. Besok udah masuk kerja lagi kok."
"Oh ya udah. GWS yah." Jawab Evan.
Dalam hati Evan tidak sabar menunggu besok. Tak sabar ingin
bertemu Mika lagi.
End.
Tadaaa aku datang berkunjung :D
BalasHapusHmm, sebenernya aku juga masih anak kemaren sore banget dalam urusan cerpen2an Mak. Kayaknya belum pantes ngritik2 dan kasih masukan deh :p Tapi kita belajar bareng yaaakk bikin cerpen :D So, inilah komentar sayah:
1) Kayaknya akhirnya nanggung banget, masih bisa diterusin biar klimaks (atau apalah istilahnya)
2) Rada aneh dialognya pake lu-gua tapi ada kata 'Asem' soalnya biasanya yang bilang Asem itu orang Jawa2 medok kayak aku :'D
Itu dulu deh, aku kl cuma komentar bisa tapi disuruh bikin nggak bisa-bisa -____- Ayo semangaaattt ^^ Lagi ada lomba cerpen tuh Mak, DL masih lama banget. Bisa lah kita belajar2 dulu terus ikutan iseng2 ^^
sip..sip..hehe..makasih kripiknya mak gracie..cup..cup..muah..muah
BalasHapus