Menjalani kehamilan itu sesuatu banget. Banyak hal-hal yang harus
diperhatikan. Sayangnya kadang kita malah disibukkan dengan mitos-mitos seputar
kehamilan, ga boleh ini dan itu yang terkadang belum terbukti ilmiahnya. Padahal, ada hal yang jelas perlu diperhatikan, tetapi banyak dari kita (termasuk saya) malah mengabaikan, salah satunya pemeriksaan TORCH (Toksoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus II (HSV-II)). Padahal ibu hamil
kalo kena infeksi TORCH dikhawatirkan bayinya nanti lahir tidak seperti yang diharapkan (maaf, cacat).
Aku sendiri tahunya TORCH identik dengan toksoplasma.
Intinya kalau mau hamil jangan dekat-dekat kucing. Gitu aja. Padahal selain
toksoplasma ada rubella, CMV, dan herpes juga. Salah satu efeknya kalau ibu hamil kena rubella itu
parah banget ke janin. Congenital Rubella Syndrome istilahnya.
Saya baru concern tentang rubella ketika berkenalan dengan Mbak Garcie Melia yang memiliki anak dengan Congenital Rubella Syndrome. Hal ini disebabkan saat hamil dia terinfeksi rubella, dan parahnya dokter tidak mengetahuinya! Gejalanya berupa demam biasa pas trimester pertama, tapi efeknya
justru ke anaknya, Ubii. Ubii mengalami gangguan pendengaran berat, pertumbuhan
terhambat, jantung bocor, ah membayangkannya saja aku merinding. Efeknya parah
sekali ya? Andai saja saat trimester pertama infeksi rubella-nya bisa ditangani, andai saja edukasi tentang TORCH terutama rubella bisa disosialisasikan
dengan baik, tentu hal ini bisa diantisipasi.
Sayangnya edukasi tentang TORCH memang sangatlah minim. Jangankan edukasi untuk masyarakat awam, tenaga kesehatan seperti dokternya Mbak Gracie pun sampai tidak menyadari pasiennya terinfeksi rubella. Belum
lagi harga untuk pemeriksaan TORCH tidaklah murah. Terus untuk pencegahannya,
sebenarnya kita bisa vaksin MMR( Measles, Mumps, Rubella)saat merencanakan kehamilan. Sayangnya vaksin ini juga sama tidak ramahnya di kantong. Belum lagi black
campaign tentang vaksin ini yang
mambuat orang semakin takut untuk vaksinansi MMR (termasuk saya, hiks).
Beruntung sekarang ada Rumah Ramah Rubella yang didirikan Mba Gracie sendiri. Wadah ini berwujud grup facebook yang isinya tentang sharing
mengenai Congenital Rubella Syndrome. Insya allah grup ini akan mengedukasi
calon ibu untuk lebih waspada dengan terror bernama rubella. Pun, kalau
ternyata kehendak Allah bayi terlahir dengan Congenital Rubella Syndrome, wadah
ini sangat mensupport para orang tua untuk saling berbagi dan membantu. Saya
berdoa semoga nantinya wadah ini akan berlanjut ke dunia nyata. Aamiin.
Sebenarnya, ada banyak ide yang ingin aku sampaikan tentang
edukasi TORCH khususnya rubella ini. Ide saya ini sepertinya agak muluk, tapi siapa tahu saja bisa jadi kenyataan, wong berkhayal ga bayar to? Hehe..
Inilah beberapa ide (lebay) saya:
1.
Penyuluhan tentang TORCH lewat KUA dan Posyandu
KUA
Ingat kan sebelum menikah kita ada konsultasi pra-nikah di KUA? Sayangnya edukasi mengenai do's dan dont's saat merencanakan kehamilan sepertinya tidak masuk dalam materi konsultasi. Nah, sebenarnya penyuluhan tentang TORCH bisa diawali lewat KUA ini. Walau belum merencanakan kehamilan, paling tidak pasangan muda ini menjadi concern mengenai TORCH dari pencegahan sampai gejalanya.
Posyandu
Saya rutin mengikuti posyandu, walaupun bukan kadernya. Saya sampai khatam buku posyandu semata-mata supaya bisa member yang terbaik buat anak. Yang saya ingat sih, edukasi tentang TORCH belum ada di buku panduan ataupun di penyuluhan posyandu. Alangkah baiknya bila ada booklet tentang TORCH yang diselipkan di buku posyandu ini.
Ingat kan sebelum menikah kita ada konsultasi pra-nikah di KUA? Sayangnya edukasi mengenai do's dan dont's saat merencanakan kehamilan sepertinya tidak masuk dalam materi konsultasi. Nah, sebenarnya penyuluhan tentang TORCH bisa diawali lewat KUA ini. Walau belum merencanakan kehamilan, paling tidak pasangan muda ini menjadi concern mengenai TORCH dari pencegahan sampai gejalanya.
Posyandu
Saya rutin mengikuti posyandu, walaupun bukan kadernya. Saya sampai khatam buku posyandu semata-mata supaya bisa member yang terbaik buat anak. Yang saya ingat sih, edukasi tentang TORCH belum ada di buku panduan ataupun di penyuluhan posyandu. Alangkah baiknya bila ada booklet tentang TORCH yang diselipkan di buku posyandu ini.
2.
Edukasi lewat dunia maya seperti blog, facebook (sudah
dilakukan)
Untuk poin kedua, saya akui Mba Gracie sudah memanfaatkan dunia maya semaksimal mungkin untuk edukasi tentang rubella
ini. Mungkin kedepannya, blognya lebih dimantain lebih professional(pakai
domain) dan ada tim ahli yang senantiasa meng-update ilmu terkini tentang TORCH
khususnya rubella. Saya doain dari jauh ya mba..hehe
3. Pelatihan tenaga
kesehatan mengenai TORCH dan ada update setiap 6 bulan sekali misalkan
Nah, kalau poin ketiga ini mungkin Rumah Ramah Rubella bisa berkoordinasi dengan Kementrian Kesehatan, karena untuk ide ketiga ini jelas diperlukan pihak lain untuk pelaksanaannnya. Ini solusi saya yang paling muluk ya?
Tapi, pengalaman buruk Mba Gracie cukup menjadi gambaran, bahwa rubella tak bisa disepelekan, seorang dokter seharusnya tidak sampai kecolongan mendiagnosa penyakit pasien, apalagi penyakit Rubella ini walaupun ganas tetapi bila cepat ditangani, bisa meminimalkan cacat yang terjadi pada janin. Betul kan?
Sekian ide saya untuk Rumah Ramah Rubella , semoga semakin banyak yang concern tentang TORCH. Aamiin
Tapi, pengalaman buruk Mba Gracie cukup menjadi gambaran, bahwa rubella tak bisa disepelekan, seorang dokter seharusnya tidak sampai kecolongan mendiagnosa penyakit pasien, apalagi penyakit Rubella ini walaupun ganas tetapi bila cepat ditangani, bisa meminimalkan cacat yang terjadi pada janin. Betul kan?
Sekian ide saya untuk Rumah Ramah Rubella , semoga semakin banyak yang concern tentang TORCH. Aamiin
idenya mantabh mbk,sukses ya^^
BalasHapusaamiin, mudah-mudahan sukses RRR(rumah ramah rubella nya)
BalasHapus