Ada quote bagus setelah nonton Mario Teguh malam minggu, 22 Desember ini.
"Pada akhirnya kita bertanggung jawab pada diri kita sendiri, jadi jangan
habiskan waktumu untuk mengingatkan orang yang memang tidak bertanggung jawab
pada dirinya sendiri".
Case tanggung jawab ini luas sekali. Buat yang masih single,
mungkin lebih kepada memilih pasangan yang 'bertanggung jawab'. Jangan sampai
salah pilih pasangan yang tidak bertanggung jawab, karena energi kita bakalan
habis buat memperingatkan dia. Nah berhubung fase memilih pasangan hidup aku
sudah lewat, dan Alhamdulillah Ayah Faris adalah pria paling bertanggung jawab
sedunia..*tsaah.., maka kali ini aku pingin merefleksikan quote Mario Teguh ini
pada tanggung jawab sebagai orang tua.
Anak adalah tanggung jawab orang tua. Ya, itu benar, tapi ga
selamanya. Tanggung jawab orang tua adalah mendidik anaknya bertanggung jawab.
Bertanggung jawab dengan pilihannya, perbuatannya, maupun keengganannya
terhadap sesuatu. Sedari kecil anak haruslah ditanamkan konsekuensi terhadap
apapun perbuatannya. Walaupun terkesan kejam, tunjukkanlah realita hidup pada
anak. Kalau memang ga punya duit, ya jangan maksain janji beliin anak mainan.
Percaya deh, anak itu pengertian, asal kita konsisten dengan peraturan, ga
ingkar janji.
Suka banget sama rute asuh-didik Toge. Disana Toge
menggunakan istilah 'berdagang' untuk teori parentingnya. Pengertian kasarnya
sih, 'lu jual gue beli', artinya ada harga untuk sebuah pencapaian atau
keinginan, walaupun dengan orang tua sendiri. Prinsip ini bagus banget untuk mendidik
rasa tanggung jawab anak, dimana sedari kecil dia sudah menghadapi konsekuensi
atas tindakan, keputusan, maupun keengganannya dalam bertindak.
Faris masih dua tahun. Teori Toge ini sendiri belum aku
buktikan sepenuhnya. Yah, sejauh ini memang terbukti sih, Faris tumbuh jadi
anak yang mandiri, ga merengek saat terjatuh, kecuali memang sangat sakit.
Belakangan Faris hobi gadget. Alhamdulillah sih HP dan tablet diisi permainan
dan video edukatif. Awalnya aku sangat keras melarang gadget. Tapi berhubung
aku juga ga bisa lepas dari gadget(termasuk menulis via HP), jadilah aku agak
longgar dalam memperbolehkan Faris bermain gadget. Sempat khawatir, tapi kata
Om Toge ga masalah, karena semua itu tergantung manusianya, yang penting tanggung jawab si anak ditunaikan. Yah, tanggung jawab kecil yang aku berikan ke Faris adalah, misalkan mau pipis di WC, mau membereskan mainan dulu sebelum bermain HP, dll. Yah sebetulnya peer buatku
juga untuk mengurangi 'gadget time', karena kalau ga lihat gadgetnya, Faris sebenarnya ga minta. Oh ya, untuk permainan edukatif Faris cuma punya dikit. Habis kayak
beli buku bantal, rupanya isi bukunya cuma buka-tutup kancing, masang tali sepatu,
dll.. yaelah,mending kasih sepatu dan baju berkancing beneran deh, hehe. Tapi Faris memang belum tertarik
hal seperti ini. Kalau mainan puzzle di HP, wih semangat sekali, giliran
disodorin permainan 'di dunia nyata', cuma mobil-mobilan aja tertariknya.
Fyuh..
Jadi,daripada emosiku habis untuk banyak melarang dan memproteksi Faris dengan
segambreng peraturan, dimana aku sendiri belum sepenuhnya patuh peraturan(oh, HP, kenapa lengket di tangan). Lebih baik woles saja. Ibarat kata lagu, Que Sera Sera,
whetever will be, will be. Santai saja menjalani peran sebagai orang tua. Kalau memang ga bisa say no to gadget, ya ga usah dipaksakan, minimal mengurangi durasinya dan pastikan gadgetnya berisi konten ramah anak, toh ternyata gadgetku lumayan bikin Faris anteng saat aku perlu waktu buat beberes rumah, Faris yang kinestetik bisa anteng belajar Hijaiyah, angka, dan huruf juga kalo lewat gadget. Walaupun demikian, aku tetap beri beragam aktivitas untuk merangsang berbagai kecerdasannya. Berhubung aku hobi nyanyi dan ayahnya hobi gitar, ya sudah dimanfaatkan sekalian buat menghibur Faris (Nak, kamu terhibur kan?hehe) dan merangsang Faris untuk olah tubuh (menari), seluang mungkin Faris diajak bermain di luar, dan kalau memungkinkan, kadang dibawa ke kantor. Membawa anak ke kantor akan mengajarkan anak sosialisasi, dan menunjukkan tanggung jawab orang tuanya di pekerjaan. Sering juga, Faris diajak membantu pekerjaan rumah sederhana seperti mengepel tumpahan makanan ataupun menjemur baju.
Prinsipnya sih, apapun kegiatannya, yang penting bagaimana mendidik anak jadi pribadi bertanggung jawab, karena
dialah yang akan bertanggung jawab pada dirinya sendiri, (thank u pencerahannya Om Toge). Dengan tanggung jawab,
anak akan tumbuh menjadi pribadi berintegritas, dipercaya, dan disenangi.
Tenang deh kita sebagai orang tua kalau anak sudah begitu. Ya Allah bimbinglah
aku dan Ayah dalam mendidik Faris menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...