Terinspirasi artikel ini Mb Ellen dari Charllote Mason Indonesia tentang esensi belajar bagi anak
Lalu, temanku bercerita tentang anak-anak dari Indonesia
Timur:
"Ada bbrp siswa
dari timur (NTT dan Papua) yg keliatan bgt haus ma ilmu, wlpn pertanyaan2
mereka sering bgt diketawain ma yg lain (saking polosnya). Tp kuperhatikan,
mereka beneran nyimak stiap jwbn yg diberikan ma pemateri. Bahkan bs nambah 2-3
pertanyaan dlm 1 sesi-dan lagi2 pasti mengundang senyum stiap yg denger, tp dia
tetep ga keder setiap diketawain. "Mama beta kerja di ladang, kakak",
pas kutanya salah 1 peserta asal NTT ibunya kerja apa. Polos dan haus ilmu.
Ah..smg pemerintahpun nyadar tiap ganti2 sistem pendidikan kyk gt (ya wlpn utk
tujuan yg baik), di pelosok2 sana ada mutiara2 yg msh tertatih 'mengejar' agar
apa yg didapat sama seperti apa yg didapat tmn2 mrk di kota"
Alangkah bahagianya orang tua bila memiliki anak dengan
percaya diri tinggi dan antusias bekajar seperti itu. Yah, aku yakin orang tua
anak itu tidak semudah kita memperoleh informasi. Terbukti dari pertanyaan si
anak yang dianggap "kudet" sama teman-temannya. Tapi orang tua mereka
sukses menumbuhkan rasa percaya diri dan semnagat belajar alami mereka,
sehingga saat ditertawakan karena bertanya hal yang dianggap
"konyol", mereka tidak gentar. Wah, wah, kira-kira gimana ya caranya
bisa punya anak seperti itu?
Lima poin yang bakal dibeberkan dibawah mungkin
bisa jadi resep untuk menumbuhkan percaya diri pada anak:
1. Hargai keberadaan anak.
Terkadang, kita orang dewasa selalu menganggap anak kita
masih terlalu kecil untuk diajak berpartisipasi dalam pekerjaan rumah tangga,
misalkan. Anak kecil kita anggap perusuh. Padahal, walaupun mungkin bantuan
anak justru membuat kondisi rumah semakin berantakan, hargailah. Itulah proses
belajar anak. Gak mau kan besok besar anak membalas dengan
mengatakan,"Udah deh bu, ga usah ikut campur urusan anak muda."
Gubrak!
Sebaliknya, tentu akan sangat bangga bila saat besar anak
tak malu membantu orang tua, karena itulah balasan menghargai orang tuanya.
2. Jangan terlalu banyak melarang.
Melarang memang tidak dilarang. Namun kebanyakan melarang
akan membuat anak tidak pede bertindak. "Takut ga dibolehin mama".
Itulah kira-kira ungkapan si anak mama yang takut mau apa-apa. Selain itu,
terlalu banyak melarang juga menghabiskan energi, karena anak justru jadi ingin
melakukan hal yang dilarang itu ketimbang menurutinya. Karena otak bawah sadar
anak(dan juga kita) tidak mengenal kalimat negatif. Larangan "Jangan
melompat" justru merangsang anak untuk melompat. Dalam larangan kita juga
kadang menakut-nakuti anak. "Jangan tidur malam-malam, nanti dimakan
setan". Hii, serem banget ancamannya. Tidak mau kan anak kita menjadi
penakut dalam bertindak? Jadi minimalkan melarang, apalagi dengan ancaman.
3. Tanggapi setiap rasa ingin tahunya.
Anak kecil mempunyai berjuta neuron sel otak yang sedang
berkembang. Perkembangannya jauh lebih pesat. Maka tidak heran, perkembangan
anak di usia pertumbuhan relatif cepat dibanding saat memasuki usia remaja dan
dewasa. Nah, sejalan dengan itu, rasa ingin tahunya juga berkembang sama
pesatnya. Akan tetapi terkadang kita seperti cuek saja menanggapi keinginan
anak. Pernahkah kita sebal karena anak berulang kali bertanya."Itu
apa?", padahal baru lima menit yang lalu dijawab kalau itu pohon pisang.
Belum lagi kalau sepanjang jalan cerewet bertanya ini itu seakan tidak ada
habisnya rasa ingin tahu. Sedikit saran, simpanlah sebalmu dan bersyukurlah,
karena itu artinya anak memiliki semangat belajar secara alami yang tinggi.
Peliharalah semangat belajar ini, jangan sampai semangat belajarnya luntur
karena semasa kecil kita tidak antusias terhadap rasa ingin tahunya. Jangan
sampai dia malu bertanya karena dahulu kita tidak pernah menanggapi bahkan
mentertawakan pertanyaan konyolnya.
4. Hargai sekecil apapun pencapaiannya.
Anak kecil sangat suka meniru apapun. Berilah dia kesempatan
sebesar-besarnya untuk menduplikasi semua kegiatan positif kita. Mulai dari
makan, melakukan pekerjaan rumah tangga, bahkan bernyanyi dan berjoget. Disini
pentingnya menstimulasi anak dengan kegiatan positif, termasuk orang tuanya
melakukan kegiatan positif. Apresiasi sekecil apapun pencapaian anak, seperti
bisa makan sendiri walaupun masih berantakan, pujilah. Tenang saja, anak tidak
akan besar kepala bila kita memang memuji untuk pencapaian yang dia lakukan.
Bahkan banyak anak semakin tertantang untuk meraih pencapaian lebih demi
pujian. Fair kan?
5. Ajarkan anak untuk tidak perlu memikirkan omongan orang.
Ini nih yang paling susah. Jangankan anak, terkadang kita
sendiri sibuk memikirkan omongan orang sehingga tidak pede dalam bertindak.
Jadi mulailah sumpal kuping dari omongan miring orang yang cuma bisa
berkomentar. Teruslah melangkah, dan ajarkan anak untuk terus melangkah tanpa
peduli omongan orang. Jadilah pendukung pertama anak. Bila dia terlihat tidak
yakin dengan keputusannya, jadilah penyemangat pertamanya.
Ingatlah bahwa orang hebat biasanya lahir dari orang tua
hebat. Mau anak menjadi hebat? Jadilah hebat, paling tidak hebat untuk diri
sendiri.
Kamu tidak akan pernah bisa mengubah dunia, sebelum kamu
mengubah dirimu. Ayo melangkah maju, capailah semua resolusimu, jangan ragu,
jangan peduli omongan orang, cukup yakini dirimu sendiri. Hal yang sama juga
lakukanlah pada anakmu.
Salam keluarga hebat.
Sumber: Rangkuman buku dan grup parenting yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Seri kuliah online Bunda Cekatan:
Seri buku Ibu Profesional, Bunda Cekatan ini sudah tersedia lho! Bisa pesan ke saya (WA=085327858828). Cuma 55 ribu aja!
Baca keseruan lain seputar keluarga. Plis klik: Housewife's diary
Simak juga resume kuliah online yang pernah kuikuti: Kuliah Online
***
Seri kuliah online Bunda Cekatan:
- Home Team
- Personal Grooming
- Membangun Mimpi Meraih Masa Depan
- First Aid Emergency First
- Mengatur Rumah dengan Prinsip 5R
- Menyusun Menu 10 Hari
- Manajemen Keuangan
- Learn How to Learn
- Manajemen Waktu
Seri buku Ibu Profesional, Bunda Cekatan ini sudah tersedia lho! Bisa pesan ke saya (WA=085327858828). Cuma 55 ribu aja!
Baca keseruan lain seputar keluarga. Plis klik: Housewife's diary
Simak juga resume kuliah online yang pernah kuikuti: Kuliah Online
Semoga bisa mempraktekkan dengan baik ya Mak, susah soale nggak boleh nglrang2 ki
BalasHapus