Hari itu sangat panas. Sebuah sepeda tampak ngos-ngosan dinaiki seorang pria yang tambun badannya. Pria itu menggenjot sepeda dengan santai. Sepeda ingin segera sampai dan istirahat. Tetapi perjalanan masih jauh.
"Ah. Enak sekali kalau aku jadi mobil. Laju mereka cepat sekali. Apalagi pesawat. Dalam hitungan menit bisa sampai ke tempat yang jauh." Seketika sepeda iri melihat mobil yang sedari tadi menyalipnya dan pesawat yang terbang di atasnya.
Si pria membawa sepeda ke stasiun kereta. Rupanya sepeda dilipat dan akan dibawa naik kereta.
"Hore. Akhirnya aku bisa istirahat." Sorak sepeda.
Di dalam kereta. Sepeda kemudian ingin menjadi kereta. Laju kereta sangat cepat. Dia iri dengan kereta.
"Ah, jadi kereta enak sekali. Lajunya cepat, bisa bawa banyak penumpang tanpa kelelahan sepertiku lagi. Aku ingin seperti kereta."
Tak lama kemudian, tiba-tiba kereta terhenti. Namun bukan berhenti di stasiun, melainkan berhenti di tengah jalan. Rupanya jalur rel keretanya putus. Kereta tidak bisa melanjutkan perjalanan.
Perbaikan rel rupanya masih lama. Pria tambun rupanya tidak sabar dan membawa keluar sepedanya.
"Ah, lebih baik naik sepeda. Ga perlu tergantung rel." Gumam si pria.
Sepeda menjadi tersadar. Boleh saja dia berjalan lambat. Tapi dialah yang membawa pria sampai ke tujuan tanpa perlu bergantung rel ataupun mesin.
Tiba-tiba sepeda menjadi sangat bangga dengan dirinya sendiri. Walaupun lajunya lambat, tapi dia sangat berguna buat pria tambun, terlebih menemani pria tambun mengurangi sedikit lemak di tubuhnya dengan menggowes sepeda.
"Ah. Enak sekali kalau aku jadi mobil. Laju mereka cepat sekali. Apalagi pesawat. Dalam hitungan menit bisa sampai ke tempat yang jauh." Seketika sepeda iri melihat mobil yang sedari tadi menyalipnya dan pesawat yang terbang di atasnya.
Si pria membawa sepeda ke stasiun kereta. Rupanya sepeda dilipat dan akan dibawa naik kereta.
"Hore. Akhirnya aku bisa istirahat." Sorak sepeda.
Di dalam kereta. Sepeda kemudian ingin menjadi kereta. Laju kereta sangat cepat. Dia iri dengan kereta.
"Ah, jadi kereta enak sekali. Lajunya cepat, bisa bawa banyak penumpang tanpa kelelahan sepertiku lagi. Aku ingin seperti kereta."
Tak lama kemudian, tiba-tiba kereta terhenti. Namun bukan berhenti di stasiun, melainkan berhenti di tengah jalan. Rupanya jalur rel keretanya putus. Kereta tidak bisa melanjutkan perjalanan.
Perbaikan rel rupanya masih lama. Pria tambun rupanya tidak sabar dan membawa keluar sepedanya.
"Ah, lebih baik naik sepeda. Ga perlu tergantung rel." Gumam si pria.
Sepeda menjadi tersadar. Boleh saja dia berjalan lambat. Tapi dialah yang membawa pria sampai ke tujuan tanpa perlu bergantung rel ataupun mesin.
Tiba-tiba sepeda menjadi sangat bangga dengan dirinya sendiri. Walaupun lajunya lambat, tapi dia sangat berguna buat pria tambun, terlebih menemani pria tambun mengurangi sedikit lemak di tubuhnya dengan menggowes sepeda.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...