Saya adalah pemimpin
buat saya pribadi, dan sedang belajar menjadi pemimpin buat anak saya
satu-satunya, Faris. Saya yakin, bila setiap ibu memposisikan diri sebagai
sebaik-baiknya pemimpin buat dirinya dan keluarganya. Insya Allah akan tangguhlah
Indonesia. Karena dari ibu yang seperti inilah akan lahir calon pemimpin
bangsa.
Kepemimpinan buat Saya adalah kemampuan mengendalikan diri
dan memberikan contoh yag baik kepada yang dipimpin. Pengendalian diri saja
tidak cukup. Diperlukan pula tekad belajar yang besar untuk meningkatkan
kemampuan diri, sehingga bisa lebih baik dan terus lebih baik lagi.
Kepemimpinan yang baik selaras dengan pendidikan yang baik. Dalam teori
pendidikan yang diutarakan Ki Hajar Dewantara, ada 3 hal yang diperlukan dalam
mendidik(dan tentu saja memimpin atau mengarahkan), yaitu:
1. Ing Ngarso Sung Tulodo. Artinya di depan memberikan
teladan. Seorang pendidik ataupun pemimpin yang baik haruslah bisa menjadi
contoh poengikutnya. Sebagai pemimpin(orang tua), tentu selalu berusaha
memberikan teladan yang baik. Teladan yang baik tidak perlu muluk-muluk. Cukup
menjaga 3 hubungan, yang mana bila hubungan ini berjalan baik, maka berjalan
baik pula hidup ini. Hubungan pertama adalah 'Habluminallah' atau hubungan
dengan Allah SWT. Cara menjaga hubungan ini adalah dengan Sholat, berdoa,
mengaji, berzikir, dan bersholawat. Saya berusaha melakukan rangkaian ibadah
dengan santai tapi khusyuk. Rutin Saya ajak Faris untuk sholat berjamaah, ngaji
bareng, dan berzikir bersama. Usia Faris baru 2 tahun, tapi aku bersyukur dia
mulai ikuti gerakan sholat dan mengucapkan Allahuakbar meskipun belum jelas.
Bisa menjalin kedekatan dengan Allah adalah anugerah tak terkira. Karena dengan
beribadah jiwa menjadi terisi, hidup menjadi lebih berarti. Namun,
Habluminallah yang baik belum cukup. Kita perlu pula untuk menjaga hubungan
antar manusia alias 'Habluminannas'. Habluminannas ini meliputi tolong menolong
dan saling menjaga hubungan baik antar manusia. Prinsip Saya, bilapun saya
tidak bisa membantu seseorang karena keterbatasan saya, paling tidak saya
jangan sampai merugikan beliau. Sedikitpun saya cegah bibir ini untuk
menjelek-jelekkan orang sekalipun terkadang benar adanya. Saya hanya mahluk
biasa yang mungkin sama jeleknya dengan orang yang dianggap jelek itu. Selalu
berusaha peka dengan keadaan orang-orang sekitar selalu saya tanamkan ke Faris.
Saya ajarkan dia bersedekah, saya ajak dia ikut membantu tetangga (rewang).
Saya ajak ke semua lingkungan sosial Saya dengan harapan wawasan sosialnya bertambah
kaya. Bila melihat musibah di tv, saya ajarkan untuk turut prihatin dan
mendoakan yang tertimpa musibah. Nah, dalam sosialisasi Faris sendiri,
terkadang Faris dinakali, saya tidak pernah berusaha membela. Saya ingin Faris
menemukan solving atas masalahnya. Alhamdulillah senakal-nakalnya teman Faris,
ga sampai mencederai. Jadi saya bisa tenang juga melepas Faris. Saya biasakan
untuk sharing cerita disaat kumpul malam hari. Sebagi role model, saya
bercerita tentang pengalaman saya di kantor. Kadang banyak hal sepele saya
ceritakan dengan antusias, dan pada gilirannya Faris akan mulai cerita dengan
antusias apa pengalamannya hari itu. Walo saya belum paham bahasanya karena
belum lancar bicara, tapi saya dengarkan setiap kata-katanya dengan penuh
minat. Bahkan sampai saya buatkan kamus 'Bahasa Faris'. Saya gali terus
kemampuan berceritanya dengan bertanya. Saya berharap Faris tumbuh menjadi anak
yang bahagia bisa mengungkapkan perasaannya, dan saya sebagai ibunya bisa tahu
Faris luar dalam. Keterbukaan dan kejujuran dalam keluarga saya pegang teguh.
Setiap kesalahan Faris tidak serta merta saya marahi. Tapi
sebaliknya, setiap perbuatan baik selalu saya puji. Ini sebuah teori pendidikan
anak yang akan membuat anak tidak takut salah, dan senantiasa berbuat baik tanpa
paksaan. Kesalahan itu pasti akan terjadi kalau kita mau lebih baik, yang
terpenting adalah belajar dari kesalahan itu.
Nah, kembali ke masalah 3 hubungan. Hubungan yang terakhir
adalah Habluminalalam alias selaras dengan alam. Aksi nyata cinta alam yang
sudah saya lakukan belumlah spektakuler. Baru saya mulai dari keluarga dahulu.
Beberapa contoh sederhana 'save the earth' yang saya lakukan adalah, dengan
tidak memakaikan pospak ke Faris. Saya sadar betul sampah yang akan ditumpuk
bila sehari saja full pospak. Untuk masalah bulanan juga saya sudah sangat
nyaman dengan menstrual cup, jadi tidak pernah sampah pembalut lagi. Saya
tinggal di komplek yang listrik dan air gratis. Tapi itu tidak membuat saya
terlena untuk menghambur-hamburkannya. Saya usahakan mematikan lampu dan alat
ekektronik yang tidak terpakai dan hanya menyalakan keran air saat benar-benar
dibutuhkan. Di belakang rumah dibuat kolam, sehingga sampah2 organik seperti
sayur dan nasi sisa bisa untuk ikan. Untuk sisa lauk protein saya berikan ke
kucing tetangga. Dalam proses ini tentu saja saya libatkan Faris. Dan sampai
saat ini dia sangat antusias memberi makan kucing.
2. Ing Madyo Mangun Karso. Di samping memberikan bimbingan
dan arahan. Yah, tentu saja sebagai orang tua tak hanya memberikan teladan
semata. Tapi juga support akan segala kemampuan anak. Jujur, Faris sendiri
belum tampak minatnya. Semua hal dapat menarik minatnya. Hanya mungkin dia
punya ketertarikan kuat pada alat transportasi. Nah ini jadi alat buat saya
untuk merangsang kognitifnya(tapi tidak pernah dipaksakan). Secara kinestetik
juga Faris berkembang paling pesat. Oleh karena itu, saya yang aslinya malas
olahraga memacu diri untuk ikut olah tubuh bersama Faris. Fasilitas
belajar(bermain) Faris juga terpenuhi dengan baik, karena fasilitasnya ga perlu
mahal, hanya perlu kreatifitas orang tua. Alam menyediakan fasilitasnya.
Melukis pasir, berenang, menghitung kerikil, main tuang air. Banyak ide
permainan murah dan merangsang kecerdasan anak bisa kita ciptakan, karena
fasilitas yang mahal itu ada di kreativitas kita sebagai orang tua. Untuk
membimbing dan mengasah jiwa pemimpin Faris, untuk awal saya ajarkan untuk
menjadi pemimpin diri sendiri dahulu. Faris harus mandiri dan bisa
mengendalikan diri dulu baru bisa mengendalikan orang lain. Untuk pola asuh ini
saya menganut paham Togeisme alias metode pengasuhan yang disarikan oleh
Psikolog bernama (Toge) Aprilianto. Prinsip utamanya adalah berdagang. Jadi
dalam tiap kegiatan sosial anak, dia harus punya posisi tawar yang menarik agar
mendapatkan apa yang dimaui. Sedari kecil Faris tidak pernah mendapatkan apapun
dengan cuma-cuma. Terkesan tega, tapi itu memang sebuah realita. Mana ada orang
kasih kita duit tanpa kita berusaha?nah dalm Quran saja disebutkan 'Tidak akan
kuubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu mengubahnya sendiri'. Jadi, prinsip
berdagang ini sangat diperlukan dalam kehidupan sosial anak, dan kalaupun
(Insya Allah) menjadi pemimpin dia tidak akan semena-mena, karena paham ada
harga dari semua tindakan.
3. Tut Wuri Handayani. Di belakang memberikan dorongan. Saya
pribadi belum bisa bercerita tentang teori pendidikan yang terakhir ini. Karena
idealnya teori yang terakhir ini dipraktekkan pada anak remaja yang sudah mulai
menentukan arah hidupnya. Betapa bila kedua teori sebelumnya benar-benar
dipraktekkan, Insya Allah tidak ragu melepas anak, karena akan tiba saatnya
menjadi penonton dan mungkin dipimpin anak?why not?
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...