2nd Vacation: Nikmatnya Kereta Api Ekonomi kelas Bisnis.
Perjalanan kedua ini dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi undangan wisuda seorang sahabat karib yang sangat karib(kebayang kan karibnya???).
Sebagai seorang yang expert di dunia perkereatapian ekonomi(gaya teing!! padahal baru mau dua kali naek KA ekonomi), aku sekarang lebih pinter menyiasati perjalanan kali ini. Kebetulan Jumat pagi itu aku ada dinas di Jakarta tepatnya di Thamrin. Sehingga pada pagi hari sebelum aku ke Thamrin aku bisa beli tiket dulu. Akhirnya aku bisa dapat tempat duduk yang legal dan sah secara hukum. Bisa dipertanggungjwabkan di depan bapak pemeriksa karcis.
Acara di Thamrin berakhir pada pukul setengah 4. Semua teman dan pejabat-pejabat yang terlibat pada acara itu setelah penutupan mulai beringsut pulang. Jadilah aku bagai anak hilang menunggu magrib sendiri di Masjid kantor. Kebetulan masjidnya sepi sehingga aku bisa rebahan dengan berbagai posisi dan letak. Cukup lama detik demi menit demi jam kulewati bersama berpasang mukena dan berpuluh sajadah yang membentang. Akhirnya azan Magrib pun tiba. Baru kali ini aku riang menyambut magrib, padahal aku ga puasa. Cepat kuambil air wudu dan solat berjmaah bersama beberapa karyawan yang lembur(Jumat lembur ga enak banget deh..)
Selesai solat, ternyata waktu masih pukul 18.15(bentar juga ya solatnya??). Wah masih lebih dari satu jam menuju 19.30, waktu keberangkatan kereta Bengawan kebanggaanku.
Akhirnya untuk membunuh waktu kuputuskan berjalan kaki Thamrin-Tanah Abang. Lumayan deket namun asap dan polusinya itu yang kaga nahan!!! Ternyata perjalananku tidak sendiri, dari Bank Indonesia ternyata ada banyak orang yang berjalan kaki ke arah Jatibaru walopun polusi sore itu cukup ampun-ampunan(pulang kerja sih..).
Sampai Tanah Abang aku masih berjalan santai, ternyata keretaku telah tiba. Akupun bergegas menuju peron 3 tempat kereta berhenti. Secepat kilat aku masuk dan mencari tempat dudukku. Aq tak mau tempatku diserobot orang. Untunglah tempat duduk masih aman-aman saja. Yang masuk ke kereta baru sedikit, jadi semua masih lega dengan singasana masing-masing. Di depanku terdapat bapak berpakaian batik. Ketahuan nih, kalo ga pegawai BUMN ya PNS yang baru pulang kantor terus langsung caw, goes to Jogja.
Diantara 4 penumpang yang duduk berhadap-hadapan, cuma aku ceweknya. Aku cuek aja, kata orang-orang yang udah lama di Jakarta kalo kita gak kelihatan kayak bego kita gak bakalan dikerjain/diganggu. Untungnya lagi 3 pria disekitarku ini bukan orang-orang yang aneh. Malah waktu aku dengan sembrono taruh dompet hp di atas meja langsung diingetin si bapak
“Hei, hati-hati dompet’e..ngko disampluk copet..”(hati-hati, dompetnya nanti diambil copet)
Peringatan itu kemudian dilanjutkan dengan wejangan..
“Nduk, ojo sembrono. Maling ki tangan’e sigap, meleng sitik hapemu langsung disampluk, mending hapene mbok kempit wae..”(nduk, jangan sembarangan,maling tu tangannya sigap, lengah sedikit hapenya diambil)
Aku mengangguk sambil mendekap erat hp kesayangan.
Aku saat itu benar-benar merasakan kereta ekonomi kelas bisnis. Gimana nggak, kereta kali itu tidak begitu ramai, bapak-bapaknya juga ga ngerokok, dan keretaku tak berhenti lama. Jadi sebelum jam 7 udah bisa nyampe Jogja. Kedatanganku kali ini tidak lagi diambut dengan wajah yang kerput kayak jeruk purut, melainkan dengan wajah yang sumringah, karena aku datang tepat pada waktunya.
Sabtu dan Minggu aku habiskan dengan bermain bersama teman kuliah di Jogja, lalu pada minggu sore aku balik ke Jakarta. Namun ternyata emang untung-untungan naek kereta ekonomi. Setelah kenikmatan naek kereta ke Jogja, giliran aku diuji dengan ketidaknyamanan kereta saat pulang. Tiket keretanya ga bisa pesen, dan begitu sampai di gerbong, semua kursi udah fuuulll(saking penuhnya). Aku jadi panas dingin, kan belum tentu ketemu orang baik hati seperti pria berkemeja kemarin. Aku mulai berjalan kesana kemari ga tentu arah.
Tapi pertolongan selalu ada. Tiba-tiba ada yang nyeletuk
“Coba golek panggon neng restorasi, neng kono suk sepi..”(coba cari tempat di restorasi, disana kadang sepi)
Ya pantes aja sepi, suruh bayar lagi 25.000 je..tambah lagi deh budget pulangku..Tapi lumayanlah, soalnya kita dapat servis makan malam plus minuman hangat. Nyos juga..berasa naek eksekutif(padahal kereta eksekutif malam aja cuma dikasih roti, lebih dari eksekutif nih..)..Mantab!!!
3rd Vacation: Idul adha-Peak Season bo..
Idul Adha tahun 2008 lalu aku kembali memanfaatkan pulang ke Jogja pake kereta andalan semua, kereta Bengawan. Seperti biasa, tiket sudah kubeli dari jauh hari(Jumat berangkat, senin udah pesan). Aku pulang bersama teman yang anak dan istrinya di Jogja. Kebetulan kita sama-sama tinggal di Serpong. Jadilah kita janjian di kereta kebanggaan Jakarta, kereta listrik. Kita naik yang jam 17.20 supaya sampai Tanah Abang tepat magrib, jadi ga keburu-buru naek ke kereta yang kadang datanganya kecepetan(jam setengah tujuh aja kadang udah nangkring).
Awal perjalanan sudah dimulai dengan delay (kayak pesawat aja). Kereta yang seyogyanya berangkat pukul 19.30 malah mundur jadi jam 20.00. keterlambatan ini bukannya tanpa alasan. Suasana stasiun saat itu sangatlah rame, aku harus berdesakan untuk sampai ke singasanaku. Sialnya tempat dudukku sudah ditempati orang. Dari jauh aku sudah mengepalkan dan meremas-remas tanganku. Bukan karena geram, tapi karena grogi..gimana caranya ngusir tu bapak?aku kan takut kalo harus berurusan dengan orang laki. Ternyata ada orang yang lebih sangar yang seharusnya duduk di depanku mengusir bapak ini. Akhirnya ga perlu keluar otot aku. Si bapak sangar bersama istrinya yang ga kalah sangar. Manis sih, tapi badannya gede banget.
Mas Adi(sebut saja begitu), ditumbalkan untuk duduk di ujung kursi, biar aku bisa duduk nyaman di pinggir sambil senderan tembok kereta. Tapi ternyata kenikmatan yang kuharapkan tidaklah menjadi kenyataan, karena si ibu sangar duduk depanku. Kebayang kan sempitnya jarak antara masing-masing kursi di kereta ekonomi?ga kebayang?yah kira-kira Cuma 5 kilan tangan orang dewasa lah, Cuma cukup buat hadap2an orang dengan tinggi 160. lebih dari itu, ya harus atur posisi.
Karena itu, lututku rasanya jadi sakit. Akhirnya si ibu menyuruhku merentangkan kakiku di pinggir duduknya, jadi aku bisa legaan. Terus kaki ibunya selonjor di kolong kursiku. Lumayan nyaman jadinya.
Kereta malam itu berjalan sangat lambat, sepertinya karena kebanyakan muatan. Sampai Manggarai masih aman. Terus di Jatinegara mulai kisruh, semua gencet-gencetan karena ga bisa masuk. Ruame banget deh..
Hati mas Adi terenyuh, melihat banyak ibu-ibu yang terpaksa lesehan di bawah. Mas adi sendiri ga bisa duduk dibawah, jadi niat baik Mas Adi tidak pernah terlaksana. Perstiwa hari itu juga yang akhirnya sempat membuat Mas Adi kapok naek kereta ekonomi. Katanya, jadi korban perasaan.
Sempat kita memperdebatkan seorang ibu yang sepertinya sedang hamil. Kami sibuk menimbang-nimbang. Pengennya sih ngasih tempat. Tapi lihat ramenya yang ampun-ampunan, kita hanya bisa menahan rasa bersalah karena tidak bisa bantuin dia.
Tetapi perasaan bersalah itu akhirnya terbalas juga. Selidik punya selidik tu ibu ternyata ga hamil. Lagian dia bareng suami yang jagain dia. Kalo tadi Mas Adi jadi nolong bisa jadi perang saudara ntar..
Ada cerita lucu tapi sedih. Di rombongan dari Jatinegara tadi ada serombongan TNI yang memenuhi kereta sambil berdiri. Mereka kasak kusuk. Ternyata mereka salah kereta!!!seharusnya mereka naik Senja Utama Solo, tapi salah naik karena halo-haloannya bilang...
“Tersedia di jalur 2, kereta api malam express Senja Bengawan”
Nah lo, mereka pada denger Senja nya doank. Kaga tau kalo Bengawan kereta ekonomi. Sial banget mereka ngerasain se-enggak enak-nya naik kereta ekonomi. Udah berdiri rame pula. Akhirnya mereka bisa naek kereta dengan layak setelah diturunkan di Bekasi dan nunggu Senja Utama Solo di sana. Untung deh..
Oh ya, saking penuhnya kereta, sampai banyak penumpang yang ga bisa masuk. Lalu kepada penumpang yang ga bisa masuk, petugas menyarankan untuk menunggu kereta sapu jagat alias kereta terakhir ke Jawa, yaitu Progo, dengan tujuan akhir Jogja.
Suasana kereta sangat panas dan pengap. Tapi aku masih bisa bersyukur, karena tidak sampai harus berdesakan dan lesehan di bawah, masih harus digencet pedagang asongan pula.
Akhirnya, kereta yang seharusnya datang paling telat jam 7 pagi, tiba pukul 07.45. Berdasarkan pengalaman hari ini, aku memutuskan untuk pulang naek kereta Progo, yang tiketnya bisa dipesan.
Namun sial tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Tiket kereta yang aku mau, baru bisa dipesan sehari sebelum, alias besok baru bisa pesen. Yah, besok harus ke Lempuyangan lagi dech..Ora popo..
Besoknya aku datang ke Lempuyangan pagi-pagi. Masih ada aja rintangannya. Tiket kereta baru bisa dipesan jam 09.00. walopun begitu, antriannya udah panjang banget. Semua pada pesan tiket kereta besok. Emang bener-bener peak season deh.. Tempat antrian yang kecil penuh sesak dengan orang bermacam rupa yang sedang ngantri.
Sekitar setengah jam kemudian, pemesanan tiket dibuka. Kali ini antrian mulai berkurang. Satu hal yang aku salut sama orang Jogja, kalo antri pada sabar, jadi aku ga takut diserobot. Sembari ngantri, aku berkenalan dengan seoran bapak pegawai deptan yang anaknya kuliah di Jogja. Adik tingkatku ternyata..tapi sayang aku ga kenal anaknya, adik tingkat jauh dibawahku sih. Kalo gini jadi kangen bapakku deh. Kasih sayang bapak juga tiada taranya. Akhirnya setelah total satu jam menunggu,aku dapat tiketnya. Alhamdulillah, bisa pulang dengan nyaman nih.
Senin sore itu aku pulang bersama mbak kosku yang kebetulan juga mau goes to Serpong. Kali ini aku ditumbalkan duduk di ujung kursi, karena aku kasihan kalo mbak kosku ga bisa tidur di jalan. Tempat duduk kami masih nyaman sampai Wates. Begitu di Kutoarjo, arus penumpang bertambah drastis. Mendadak kereta penuh. Mulai kulihat rombongan orang berdesakan tidak dapat tempat duduk. Ada seorang ibu yang tak kuasa menahan sedih dan menangis karena tidak dapat duduk. Memang, ketika tidak dapat duduk, kita harus siap diperlakukan tidak sopan, seperti digencet, dilangkahi, dan terkadang kesenggol dagangan pedagang asongn. Senggolannya bukan sekedar senggolan karena cukup membuat memar. Aku juga ga tega liat ibu ini. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku juga ga siap duduk lesehan, apalagi dengan keadaan kereta sepenuh itu. Dan di dalam kereta itu, ternyata masih ada pria baik hati dan tidak sombong yang menolong ni ibu, si pria yang tampaknya seorang backpacker ini rela duduk lesehan dan memberikan tempat duduknya pada ibu yang sedang sendu ini.
Arus penumpang mencapai puncaknya di Purwekerto dan daerah Banyumas sekitarnya. Perantau dari Banyumas emang banyak yah??ga cuma di kantorku aja yang banyak orang Banyumasnya. Saking penuh dan banyak orang yang mau naik, sampai pintu kereta dikunci, biar ga pada masuk lagi. Kata petugasnya, penumpang yang ga bisa masuk bisa naek kereta Bisnis ato nunggu kereta Bengawan yang dari Solo. Benar-benar horor, pintu kereta digedor-gedor, makin lama makin banyak yang gedor. Aku sih takutnya kalo penumpang nekat lemparin batu, kan sering banget tuh diberitain. Tapi untung hal itu ga sampai kejadian.
Baru lebaran haji aja ramenya gini, gimana lebaran Idul Fitri ya??
Dalam kereta yang sepenuh itu aku pasrah aja sedikit kegencet karena duduk di pinggir. Benar-benar kalo ga sabar, bawaan pengen marah. Udah tau rame, pedagang asongan masih aja berkeliaran.
Kereta Progo ga lewat Tanah Abang, padahal aku harus naek kereta listrik dari Tanah Abang, maka aku sempat berpikir untuk turun di Jatinegara dan nyambung ngompreng kereta Bengawan yang masih di belakang kereta Progo dan pemberhentian akhirnya di Tanah Abang. Tapi karena ramenya arus penumpang dan banyaknya bawaan kami, kamipun urung turun. Tapi suatu saat cara itu aku lakukan mengingat cukup mahalnya kalo naek bajaj (medit still mode on).
Kereta Progo sampai di Senen jam 04.00 pagi, dan kami sampai Tanah Abang jam 04.20. Masih harus nunggu waktu Subuhan, dan masih harus lebih lama lagi nunggu kereta listrik yang paling pagi yaitu jam 06.30.
Fajar di Tanah abang sangat indah..
Angin pagi terasa dingin menusuk
Deru kendaraan belum menggema
Matahari pagi masih bersembunyi..
Seiring waktu menyambut pagi
Matahari mulai mengintip malu-malu
Angin pagi mulai semilir bersahabat
Satu dua kendaraan mulai memenuhi jalan layang
Akhirnya tiba waktu pagi
Matahari menyeruak garang
Angin pagi mulai hangat
Kendaraan mulai ramai memenuhi jalan
Lalu, ting tong..kereta listriknya telah tiba..kampunpun bergegas menuju peron 6, dan melanjutkan lagi perjalanan ke Serpong.
Kali ini, benar-benar perjalanan yang melelahkan...masih harus siap-siap kerja..HUA..!!!!aku masih ngantuk.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...